Beberapa waktu ini saya suka menonton drama yang ringan, komedi, dan menghibur.
Ada satu dorama Jepang yang saya rekomendasikan untuk ditonton yaitu Gibo to Musume no Blues, judul dalam bahasa Inggrisnya adalah Stepmom and Daughter Blues.
Dorama ini bukan dorama baru karena ditayangkan oleh TV TBS tanggal 10 Juli--18 September 2018.
Dorama ini bergenre tentang keluarga dan dari judulnya bisa ditebak bahwa dorama ini mengangkat cerita ibu tiri dan anaknya. Walaupun dorama ini mengangkat tema yang sangat umum dan biasa sekali, tetapi dorama ini dapat menyentuh hati para penontonnya tanpa harus mendramatisir.Â
Ceritanya ringan, tidak bertele-tele karena episodenya berjumlah 10, dan dorama ini mempunyai banyak pembelajaran tentang kehidupan yang bisa dipelajari.
Dorama ini juga cukup diminati masyarakat Jepang, hal ini diketahui dari rating tinggi yang diperoleh dorama ini dengan rata-rata 14.15% dan episode terakhirnya berhasil meraih rating tertinggi yaitu: 19.2%.
Dorama ini berkisah tentang seorang wanita karier bernama Akiko Iwaki (Haruka Ayase). Akiko adalah seorang wanita cerdas dan pekerja keras yang cukup sukses kariernya di perusahaan tempat dia bekerja.
Akiko lalu menikah dengan Ryoichi Miyamoto (Yutaka Takenouchi) seorang duda yang telah lama ditinggal meninggal istrinya. Ryoichi memiliki seorang putri yang masih duduk di bangku sekolah dasar yang bernama Miyuki.Â
Miyuki awalnya menolak kehadiran Akiko dan Akiko sekalipun mempunyai sikap yang kaku tapi dia seorang wanita yang pantang menyerah dengan segala usaha, dia berusaha menaklukkan hati Miyuki dan hal ini tentu saja bukan hal yang mudah buat wanita kaku seperti Akiko yang hanya tahu bekerja keras sebagai wanita karier, tapi Akiko adalah seorang yang selalu melakukan segala hal dengan sungguh-sungguh, bahkan dia rela melepaskan kariernya yang berharga demi bisa menjadi istri dan ibu rumah tangga yang baik.
Akhirnya segala usaha pendekatan yang dilakukan Akiko membuahkan hasil Miyuki lambat laun mulai bergantung kepada Akiko dan membutuhkan Akiko.
Dorama ini seperti terbagi menjadi dua babak, pada episode 1-5, dimana banyak menceritakan kehidupan baru bagi Akiko bagaimana menjadi seorang ibu dan bagaimana menjadi seorang isteri.
Masalah-masalah yang dihadapi membuat ikatan emosi anggota keluarga ini mulai tumbuh dan akhirnya membuat keluarga ini menjadi keluarga yang sesungguhnya. Awalnya Akiko menikah dengan Ryoichi tanpa ada rasa cinta, tapi karena rasa kesepian.
Pada episode awal belum dijelaskan kenapa Akiko mau menerima lamaran Ryoichi.
Ryoichi bukan hanya seorang duda yang mempunyai seorang putri, tapi dia juga sedang menderita penyakit kanker stadium akhir yang hidupnya tidak lama lagi.
Para wanita yang masih muda dan mempunyai karier bagus dan sedang menanjak jika ada seorang duda yang sudah mempunyai seorang putri dan didiagnosis mempunyai penyakit parah dan akan segera meninggal melamar Anda dan berharap ketika dia meninggal Anda tetap dapat merawat dan menjadi ibu putrinya, maka kalian pasti akan menolaknya karena tujuan menikah tidak hanya untuk merawat dia yang sakit serta anaknya saja, dan kalian juga menganggap pria tersebut kurang ajar.
Saya juga merasa tidak logis sekali Akiko sampai mau menerima lamaran tersebut dan meninggalkan kariernya yang bagus.
Tapi akhirnya pertanyaan saya atau penonton lain terjawab alasan kuat kenapa Akiko menerima lamaran tersebut.
Ryoichi awalnya melamar Akiko setengah bercanda karena dia yakin Akiko akan menolaknya, justru Ryoichi sangat terkejut ketika ternyata Akiko menerimanya.
Alasan Akiko menerima lamaran tersebut karena kesepian. Di dalam hidupnya Akiko menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja dan jika ada waktu luang akan digunakannya untuk membaca manga di apartemennya.
Suatu saat penulis manga kesayangannya meninggal dunia sehingga tidak ada kelanjutan episode dari manga kesayangannya tersebut. Akiko merasakan kesepian karena dia tinggal seorang diri di apartemen tersebut dan ketika dia membutuhkan seorang untuk diajak berbicara, dia membuka kontak handphone, ternyata semua kontak tersebut, hanya berisi nomor kontak rekan-rekan kerja dan relasi kerjanya. Akiko baru menyadari dia tidak punya teman untuk bisa berbagi.
Problema kesepian ini menjadi fenomena di Jepang dan meningkatkan di masa pandemi Corona bahkan pemerintah Jepang membuat kementerian baru dengan nama menteri kesepian yaitu kementerian yang mengatasi masalah orang-orang yang kesepian dan ingin bunuh diri.
Ketika saya mendengar penjelasan Akiko kepada suaminya alasan dia menerima lamaran suaminya. Saya cukup bisa memahami hal tersebut, tetapi alasan yang lebih kuat lagi ada di akhir episode.
Orangtua Akiko meninggal dunia karena kecelakaan ketika dia masih kelas 3 SD dan kemudian dia diasuh oleh neneknya. Neneknya berkata bahwa dia akan meninggal lebih dulu jadi neneknya selalu menekankan kepada Akiko untuk dapat hidup sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain.Â
Ketika Akiko duduk di bangku SMP, neneknya meninggal dunia dan Akiko pun hidup di panti asuhan. Hari-harinya dipakai untuk belajar dan ketika dia mulai bekerja, dia memulai posisi dari bawah dengan melakukan pekerja dari menuangkan teh, membuat salinan, tapi semua hal tersebut dilakukan Akiko dengan baik dan sungguh-sungguh sehingga seseorang ada yang memperhatikan kinerjanya dan memberikannya kesempatan untuk naik tangga kesuksesan.
Akiko pun mendedikasikan hidupnya hanya untuk bekerja selama 24 jam sampai akhirnya dia menyadari lubang besar dihatinya dan yang pertama memanggilnya adalah Ryoichi itulah kenapa Akiko mau menerima lamaran Ryoichi untuk mengisi lubang hatinya.
Pada awalnya, Akiko belum bisa menganggap Miyuki putrinya. Miyuki seorang anak yang lancang dan suka bertindak keras tapi juga anak yang imut.
Ketika melihat karakter Miyuki yang tangguh dan tidak membuat ayahnya khawatir membuat Akiko melihat Miyuki adalah dirinya karena itu dia mau menenangkan pikiran Miyuki dan memberikan tempat dimana Miyuki bisa menceritakan segala hal kepadanya dan memberikan apapun yang diinginkan untuk Miyuki dan ketika melihat Miyuki tersenyum dia pun tersenyum.
Jadi walaupun Akiko bukan ibu kandung Miyuki tapi dia memiliki kasih seorang ibu.
Kedekatan Akiko dengan Miyuki berjalan natural dan tentu saja dengan kelemahan Akiko sebagai wanita karier yang kaku, dan tidak berpengalaman menjadi seorang ibu.
Akiko juga tidak tahu harus bersikap bagaimana sebagai seorang istri, yang dia lakukan adalah seperti ibu-ibu rumah tangga lainnya melakukan pekerjaan rumah tangga seperti: memasak, mencuci, berbelanja, dan menghadiri pertemuan orang tua disekolah Miyuki.
Sebagai wanita karier yang tegas, sistematis, Akiko banyak kurang setuju dengan usulan para ibu-ibu lainnya dan hal ini membuat Akiko dikucilkan oleh beberapa ibu dan itu juga berimbas kepada Miyuki yang juga dijauhi oleh teman-teman sekolahnya.Â
Akiko pun akhirnya berhasil mengatasi persoalan-persoalan tersebut dan ia juga akhirnya berteman dengan para ibu lainnya. Hubungannya dengan Miyuki dan suaminya semakin mendekat.
Bahkan ketika suaminya sakit, dia sangat canggung untuk merawat suaminya dan suaminya juga akhirnya menjadi canggung dan akhirnya membiarkan Akiko menggantikan pekerjaannya sementara di kantor.
Ryoichi yang awalnya memilih tidak untuk dirawat dan berharap dapat segera bertemu istrinya di surga akhirnya memilih untuk dirawat karena berharap hidup. Akhirnya Ryoichi dinyatakan sembuh dan keluar dari rumah sakit.
Mereka pun akhirnya menikmati kebersamaan sebagai keluarga yang berbahagia. Akiko pun mulai mencintai Ryoichi, karena Ryoichi adalah pria yang sangat baik dan Akiko menganggap Ryoichi sehangat mentari.
Tapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama karena suaminya Ryoichi meninggal dunia, tapi dia tidak tahu cara untuk mengekspresikan kesedihannya karena dia orang yang sangat kaku.Â
Akiko hanya berusaha menjadi tuan rumah yang baik pada saat menerima tamu-tamu yang melayat dan melakukan semua yang terbaik untuk proses pemakaman suaminya.Â
Temannya menyadarkan sikap Akiko itu salah yang harus lebih diperhatikan itu adalah Miyuki yang tidak berani bersedih karena kehilangan ayahnya dan seharusnya Akiko mendampingi Miyuki, karena itulah tugas seorang ibu.
Akiko pun tersadar dan mendatangi Miyuki yang sedang dihinggapi ketakutan bahwa ia akan ditinggalkan ibunya. Scene ini juga sangat menyentuh bagaimana seorang wanita yang belum pernah mempunyai anak terus berproses menjadi seorang ibu. Begitupun juga sang anak dimana perasaan cintanya sedikit demi sedikit tumbuh, dan mengasihi ibunya seperti ibu kandungnya.
Episode 6-10, tentang kehidupan Akiko dan Miyuki yang sudah remaja dan akan segera lulus dari SMA tetapi dia bukanlah anak yang sangat pintar, Miyuki merasa dirinya hanya memiliki kecerdasan biasa dan seringkali kali gagal pada saat ujian percobaan masuk perguruan tinggi. Miyuki sendiri belum tahu apa yang dia inginkan sehingga dia masih bingung harus kuliah dimana dan mengambil jurusan apa.
Kesalahpahaman antara Akiko dan Miyuki kadangkala terjadi, seperti Miyuki merasa marah karena Akiko menerima begitu saja ketika dia mengatakan dia tidak mau melanjutkan kuliah.Â
Miyuki merasa karena dia bukan anak kandungnya maka Akiko tidak masalah tentang keputusannya untuk tidak kuliah. Padahal Akiko melakukan hal tersebut karena dia ingin Miyuki bisa menemukan keinginannya sendiri dan melakukan apapun yang dia sukai. Akiko bahkan memilih untuk bekerja di toko roti untuk memberikan contoh kepada Miyuki tentang pekerjaan.
Kesalahpahaman-kesalahpahaman tersebut akhirnya bisa diselesaikan dengan baik.
Takeru Satoh berperan sebagai Mugita dalam dorama ini, tetapi di episode-episode awal dia tidak terlampau banyak scene, hanya scene yang menunjukkan dia sering kali gonta ganti pekerjaan yang menunjukkan karakter Mugita yang cepat bosan karena belum tahu pekerjaan apa yang sungguh dia sukai dan yang ingin dilakukannya.
Akhirnya Mugita memilih meneruskan usaha toko roti milik bapaknya. Roti yang dibuat Mugita sebenarnya cukup enak tapi Mugita belum termotivasi untuk sungguh-sungguh membuat toko roti ini maju.Â
Toko rotinya bukanya siang dengan menjual roti yang dibuat sebelumnya. Akiko melihat toko roti tersebut menjadi termotivasi untuk membuat roti ini maju seperti dulu, karena kalau toko roti tersebut tidak dibuat perubahan maka toko roti tersebut akan bangkrut.
Mugita awalnya tidak termotivasi melakukan hal tersebut, dia merasa apa yang dilakukannya sudah cukup, jadi dia banyak meluangkan waktu luangnya dengan bermalas-malasan.
Tetapi sejak kehadiran Akiko menjadi karyawannya di toko roti tersebut akhirnya Mugita mulai menemukan apa yang sungguh-sungguh dia ingin lakukan yaitu membuat roti yang enak. Mugita akhirnya terus belajar membuat roti yang enak sedangkan Akiko bagian membenahi manajemennya.
Dorama ini merupakan dorama keluarga yang dapat menghangatkan hati penontonnya dengan cerita sederhana dan dengan emosi yang lengkap ada perasaan haru, tapi ada juga komedinya apalagi melihat tingkah laku Mugita yang narsis seringkali membuat senyum.
Konflik yang menjadi sorotan dalam dorama ini nyata banyak terjadi dalam kehidupan sehingga banyak pelajaran hidup yang bisa di petik seperti:
1. Setiap orang butuh orang lain untuk berbagiÂ
Akiko awalnya tidak menyadari kebutuhan akan berbagi karena selama hidup di panti asuhan, dia mandiri dan setelah bekerja dia pikir dengan menghabiskan waktu bekerja dia akan bahagia, ternyata ada lubang besar dihatinya dan dia menyadari membutuhkan orang lain untuk berbagi baik itu berbagi cerita, perhatian, atapun kasih
2. Bagaimana menjadi seorang ibu yang baik dan bijaksana
Untuk menjadi seorang ibu yang baik dan bijaksana adalah terus berproses dan belajar dan berkembang melalui setiap masalah yang berhasil dihadapi
3. Menjadi seorang ibu tidak harus ada ikatan darah
Seringkali orang menganggap jika ibu tiri sulit untuk bisa mengasihi anak tirinyanya seperti seorang ibu kandung, apalagi jika anak tersebut mulai diasuh ketika cukup besar.
Tapi dorama ini mengingatkan bahwa tanpa ikatan darah sekalipun seorang ibu dapat mengasihi dengan kasih yang sama seperti ibu kandung.
4, Pentingnya mencari tahu apa yang benar-benar ingin dilakukan untuk masa depan.
Miyuki merasa tidak pintar dan dengan kemampuan yang pas-pasan dia sangsi bisa lulus di universitas yang bergengsi dan Miyuki juga belum tahu apa yang sebenarnya inginkan sehingga dia masih bingung menentukan pilihan fakultas apa yang akan diambilnya.
Mugita juga masih kebingungan dengan tentang apa yang benar-benar dia ingin lakukan sebagai pekerjaan untuk masa depannya. Setelah bergonta-ganti pekerjaan Mugita menemukan pekerjaan yang benar-benar dia sukai dan ingin dia lakukan, begitu juga Miyuki setelah nasihat bijak yang diterima dari ibunya dia mulai tahu keinginannya yang sebenarnya
Mungkin kebanyakan anak remaja seperti Miyuki memilih fakultas dan universitas bergengsi bukan karena kemauan tapi karena ikut arus.
Tapi ada baiknya tidak ikut-ikutan agar nantinya tidak terbebani dengan pekerjaan tersebut atau menjadi cepat bosan dan kurang berdedikasi terhadap pekerjaan. Harus benar benar mencari tahu keinginan terbesar tentang pekerjaan apa yang ingin dilakukan untuk masa depan.
5. Melakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh
Belajar dari Akiko yang melakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh sehingga menghasilkan buah yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H