Ketika saya mendengar penjelasan Akiko kepada suaminya alasan dia menerima lamaran suaminya. Saya cukup bisa memahami hal tersebut, tetapi alasan yang lebih kuat lagi ada di akhir episode.
Orangtua Akiko meninggal dunia karena kecelakaan ketika dia masih kelas 3 SD dan kemudian dia diasuh oleh neneknya. Neneknya berkata bahwa dia akan meninggal lebih dulu jadi neneknya selalu menekankan kepada Akiko untuk dapat hidup sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain.Â
Ketika Akiko duduk di bangku SMP, neneknya meninggal dunia dan Akiko pun hidup di panti asuhan. Hari-harinya dipakai untuk belajar dan ketika dia mulai bekerja, dia memulai posisi dari bawah dengan melakukan pekerja dari menuangkan teh, membuat salinan, tapi semua hal tersebut dilakukan Akiko dengan baik dan sungguh-sungguh sehingga seseorang ada yang memperhatikan kinerjanya dan memberikannya kesempatan untuk naik tangga kesuksesan.
Akiko pun mendedikasikan hidupnya hanya untuk bekerja selama 24 jam sampai akhirnya dia menyadari lubang besar dihatinya dan yang pertama memanggilnya adalah Ryoichi itulah kenapa Akiko mau menerima lamaran Ryoichi untuk mengisi lubang hatinya.
Pada awalnya, Akiko belum bisa menganggap Miyuki putrinya. Miyuki seorang anak yang lancang dan suka bertindak keras tapi juga anak yang imut.
Ketika melihat karakter Miyuki yang tangguh dan tidak membuat ayahnya khawatir membuat Akiko melihat Miyuki adalah dirinya karena itu dia mau menenangkan pikiran Miyuki dan memberikan tempat dimana Miyuki bisa menceritakan segala hal kepadanya dan memberikan apapun yang diinginkan untuk Miyuki dan ketika melihat Miyuki tersenyum dia pun tersenyum.
Jadi walaupun Akiko bukan ibu kandung Miyuki tapi dia memiliki kasih seorang ibu.
Kedekatan Akiko dengan Miyuki berjalan natural dan tentu saja dengan kelemahan Akiko sebagai wanita karier yang kaku, dan tidak berpengalaman menjadi seorang ibu.
Akiko juga tidak tahu harus bersikap bagaimana sebagai seorang istri, yang dia lakukan adalah seperti ibu-ibu rumah tangga lainnya melakukan pekerjaan rumah tangga seperti: memasak, mencuci, berbelanja, dan menghadiri pertemuan orang tua disekolah Miyuki.
Sebagai wanita karier yang tegas, sistematis, Akiko banyak kurang setuju dengan usulan para ibu-ibu lainnya dan hal ini membuat Akiko dikucilkan oleh beberapa ibu dan itu juga berimbas kepada Miyuki yang juga dijauhi oleh teman-teman sekolahnya.Â
Akiko pun akhirnya berhasil mengatasi persoalan-persoalan tersebut dan ia juga akhirnya berteman dengan para ibu lainnya. Hubungannya dengan Miyuki dan suaminya semakin mendekat.