Mohon tunggu...
Moch IchwanPersada
Moch IchwanPersada Mohon Tunggu... Seniman - Sutradara/Produser Film/Pernah Bekerja sebagai Dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Produser film sejak tahun 2011. Sudah memproduseri 9 film panjang termasuk nomine Film Dokumenter Terbaik FFI 2012, Cerita Dari Tapal Batas. Menjadi sutradara sejak 2019 dan sudah menyutradarai 5 serial/miniseri dan 5 film pendek. Mendirikan rumah kreatif Indonesia Sinema Persada dan bergiat melakukan regenerasi pekerja film dengan fokus saat ini pada penulisan skenario.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

7 Serial/Miniseri Asing Terbaik Tahun 2022 yang Bisa Ditonton di Layanan Streaming

5 Januari 2023   15:36 Diperbarui: 5 Januari 2023   15:37 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Mark Zuckerberg menciptakan Facebook karena ditolak cewek, maka Daniel Ek menggebu-gebu meluncurkan Spotify karena ditolak Google. Siapa yang mengira karena sebuah penolakan, dunia memiliki platform teknologi yang mengubah dunia secara revolusioner?

Daniel Ek menjadi orang paling bertanggung jawab atas lahirnya Spotify dari sebuah negara bernama Swedia. Setelah ditolak Google, ia merasa bahwa Silicon Valley selalu bisa dikalahkan. Toh negaranya tak kekurangan talenta. Dan ini bukan sekedar isapan jempol karena dibuktikannya dengan menggandeng sosok-sosok paling jenius yang akhirnya melahirkan Spotify yang mengubah dunia musik selamanya.

Miniseri "The Playlist" memperlihatkan bagaimana Daniel Ek melewati rintangan demi rintangan demi mewujudkan impiannya. Tapi Daniel mungkin sedikit lebih beruntung dari Mark. Karena sedari awal ia punya Martin Lorentzon, pengusaha bervisi tajam, yang mendukungnya.

Tapi sedari awal juga kita disadarkan bahwa uang bukan segalanya bagi sebuah impian. Kadangkala ia berhadapan dengan regulasi, kali lain ia berhadapan dengan kebiasaan lama yang susah diubah dan seringkali ia mesti beradu dengan ego dari sang pemilik mimpi. Dan karena impian sering lahir dari mereka yang berusia muda dengan watak yang mencoba idealis, kompromi kadang terasa seperti mencari jarum di dalam jerami. Suatu hal yang bisa jadi mustahil.

Namun impian akan terus mengalami benturan demi benturan hingga pada akhirnya ia terbentuk. Daniel pada akhirnya tahu itu bahwa apa yang dilakukannya adalah hal yang revolusioner dan memerlukan kapasitas diri untuk fleksibel. Sebelumnya industri musik dikendalikan penuh oleh label rekaman, setelahnya musik "didemokratisasi" habis-habisan oleh situs bajakan hingga akhirnya muncullah Spotify sebagai solusi. Tapi betulkah Spotify adalah solusi, terutama bagi musisi yang menggantungkan hidupnya dari musik?

"The Playlist" bisa ditonton di Netflix.

3. MINX

Minx adalah majalah rekaan dari serial "Minx". Majalah yang hadir di tahun 1970-an ketika perempuan mulai gelisah dengan kebebasannya. Majalah yang ingin perempuan tak perlu malu melotot melihat penis berukuran jumbo dari para model laki-laki. Majalah yang ingin memberdayakan perempuan dengan ide dan tulisan yang bernas.

Tapi seperti Indonesia, Amerika pun bisa jadi sama heterogennya. Tak semua orang bertepuk tangan atas lahirnya majalah seliberal Minx. Senator perempuan tak terima ada majalah yang dianggapnya mencemari nilai-nilai keluarga, pebisnis mafia yang tak setuju dengan ide legalisasi aborsi dan dari kalangan perempuan sendiri yang menganggap bahwa menjual ide tentang kebebasan perempuan tak perlu diiming-imingi dengan gambar penis. Seperti yang dipertanyakan Joyce ketika pertama kali melihat rancangan edisi perdana kepada Doug. "Apakah ereksi konsisten dengan filosofi kita?"

"Minx" bisa ditonton di Lionsgate Play.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun