Mohon tunggu...
Moch IchwanPersada
Moch IchwanPersada Mohon Tunggu... Seniman - Sutradara/Produser Film/Pernah Bekerja sebagai Dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Produser film sejak tahun 2011. Sudah memproduseri 9 film panjang termasuk nomine Film Dokumenter Terbaik FFI 2012, Cerita Dari Tapal Batas. Menjadi sutradara sejak 2019 dan sudah menyutradarai 5 serial/miniseri dan 5 film pendek. Mendirikan rumah kreatif Indonesia Sinema Persada dan bergiat melakukan regenerasi pekerja film dengan fokus saat ini pada penulisan skenario.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

7 Film Asing Terbaik Tahun Ini yang Bisa Ditonton di Layanan Streaming

27 Desember 2022   10:56 Diperbarui: 27 Desember 2022   18:31 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

7 Film Asing Terbaik Tahun Ini Yang Bisa Ditonton Di Layanan Streaming

Pandemi mempercepat digitalisasi termasuk akses layanan streaming. Selama pandemi, layanan streaming bertumbuh signifikan. Dan sebagai akibat langsung, layanan streaming berlomba menyajikan tontonan terbaik termasuk diantaranya film asing.

Berikut 7 film asing terbaik tahun ini yang bisa ditonton di layanan streaming.

1. ONE FOR THE ROAD

Wong Kar Wai memproduseri film mengesankan ini tentang perjalanan dua sahabat yang mencari maaf dari para mantan kekasih. Sebuah perjalanan yang tak mudah dari seseorang di penghujung usianya.

Aaod mengajak sahabatnya yang terbang dari New York, Boss, menyusuri setapak demi setapak jalan dan kenangan seantero Thailand. Berdua mereka mengunjungi satu demi satu mantan kekasih Aaod. Dan sepanjang perjalanan, satu demi satu rahasia terkuak. Dan sebuah rahasia terbuka dan membawa persahabatan mereka ke ujung tanduk.

"One for the Road" bisa ditonton di Netflix.

2. NICE VIEW

Di tengah tempaan hidup yang amat keras, Hao yang masih berusia 20 tahun juga bertarung melawan waktu. Adiknya yang tengah sakit harus dioperasi sebelum usianya menginjak 8 tahun. Hao hanya punya waktu kurang dari 2 tahun untuk  mengumpulkan sedikitnya 500 ribu yuan. Sementara ia hanya punya toko kecil yang melayani perbaikan ponsel.

Hao tahu waktu tak akan berpihak padanya jika ia tak mempertaruhkan hidupnya. Hao tahu ia tak akan bisa mengumpulkan uang sebanyak itu tanpa melakukan hal paling krusial: berjudi dengan hidupnya. 

Di Senzhen, desa nelayan yang berubah menjadi pusat industri itu, Hao berjuang. Dan ia menarik kita, para penonton, ke dalam perjuangannya yang gigih.

"Nice View" bisa ditonton di Netflix.

3. ELVIS

Siapa Elvis Presley? Bagaimana ia memilih lagu-lagu yang akan dinyanyikannya? Bagaimana ia mencampurkan banyak pengaruh musik ke dalam dirinya? Dan bagaimana ia membentuk imajinya sebagai seorang pemberontak?

Selama 159 menit, Baz Luhrmann menyajikan Elvis versinya ke kita. Dan melalui "Elvis" yang tayang di HB Go, kita melihat bagaimana Elvis mendapat pengaruh musiknya sejak kecil, bagaimana ia dengan santuy-nya bergaul dengan musisi kulit hitam di saat segregasi masih nyata dan bagaimana pengaruh keluarganya membentuk dirinya. Dan ini yang paling menarik, kita melihat Elvis dari kacamata manajernya, Kolonel Tom Parker.

Selalu menarik melihat bagaimana pembuat film garda depan membuat sosok legenda seperti Elvis, Freddy Mercury atau Elton John menjadi manusia biasa. Di tangan mereka, kita akan melihat sosok-sosok manusia yang bekerja luar biasa keras demi meraih impiannya, yang lantas terperangkap dalam mimpinya sendiri dan seringkali dibuat kesepian ketika mimpinya melambung terlalu tinggi. 

Di dunia nyata, sosok-sosok ini bahkan sering dikultuskan, sering dipuja selayaknya pemimpin dunia/agama namun bagi pembuat film, mereka sejatinya adalah manusia biasa dengan segala problematikanya.

"Elvis" bisa ditonton di HB Go.


4. LUNANA: A YAK IN THE CLASSROOM

"Lunana: a Yak in the Classroom" adalah film nomine Oscar yang datang dari negara kecil bernama Bhutan. Negara ini dikenal di seluruh dunia karena prinsipnya yang unik. 

Negara dengan jumlah penduduk bahkan tak sampai 1 juta jiwa ini mengusung prinsip Gross National Happiness, alih-alih mempraktikkan prinsip yang digunakan hampir seluruh negeri di dunia yaitu Gross Domestic Product. 

Negeri kecil ini tak bermimpi menjadi negeri yang kaya tapi mereka ingin menjadi negara paling berbahagia di seluruh dunia. Namun betulkah warganya merasa demikian?

Mari berkenalan dengan Ugyen Dorji, pemuda yang bermimpi menjadi penyanyi profesional. Sebagaimana umumnya generasi millenial, Ugyen merasa terperangkap dalam hidupnya. Ia merasa tak menemukan jati dirinya, bahkan yang paling miris, ia mungkin tak merasa bahagia. Tapi negara mewajibkannya mengabdi dan ia harus menyelesaikannya setahun lagi.

Maka dikirimlah Ugyen ke Lunana, sebuah desa di puncak gunung dengan ketinggian lebih dari 11 ribu kaki dari permukaan laut. Kita bisa menebak apa yang terjadi dengan pemuda berusia 20-an ini. 

Sepanjang perjalanan berjalan kaki yang memakan waktu berhari-hari, ia terus menerus mengeluh. Dan ia dongkol setengah mati ketika tiba di desa Lunana yang minim segalanya. Mulai dari sekolah tempatnya mengajar, rumah tempatnya berdiam hingga soal listrik yang byar-pet.

"Lunana: a Yak in the Classroom" bisa ditonton di Klik Film.

5. QUO VADIS, AIDA

Aida adalah sosok guru yang kemudian membantu PBB menjadi penerjemah di tengah konflik panas Serbia -- Bosnia Herzegovina. Kakinya berpijak di 2 tempat: di kawasan PBB yang mencoba mengupayakan jalan damai bagi Srebrenica agar tak diduduki tentara Serbia dan di luar kawasan PBB yang mencari jalan untuk membantu suami dan dua anak laki-lakinya terhindar dari moncong senjata. 

Sebuah situasi yang sulit bagi Aida, juga situasi sulit bagi puluhan ribu manusia yang harus angkat kaki dari rumahnya sendiri yang sudah didiami puluhan tahun.

Dan Mladic adalah reinkarnasi Amon Goeth. Ia tak punya perasaan apapun ketika memerintahkan bawahannya menghabisi nyawa seorang tahanan. Seperti salah adegan di "Schlinder's List" ketika Amon yang baru saja bangun pagi meregangkan tangannya dengan menembakkan senjata ke sembarang orang tahanan di kamp Auschwitz.  

Ia bahkan membagikan cokelat dan roti dan meyakinkan semua orang bahwa mereka akan baik-baik saja. Tapi kata "baik-baik saja" memang hampir selalu bermakna "malapetaka".

Jasmila Zbanic memperlihatkan beragam adegan realistik yang mengoyak hati. Kita melihat ribuan orang bertahan di luar kawasan PBB dan berharap mereka bisa mendapatkan perlindungan dan keamanan dari pasukan perdamaian. 

Kita melihat seorang ibu yang terpaksa melahirkan dengan kondisi seadanya. Dan pada akhirnya kita melihat ribuan manusia bergelimpangan di tangan Mladic.

"Quo Vadis, Aida" bisa ditonton di Klik Film.

6. THE GOOD NURSE

"The Good Nurse" bersumber dari buku berjudul sama, The Good Nurse: A True Story of Medicine, Madness and Murder yang ditulis Charles Graeber. Setelah penangkapannya pada bulan Desember 2003, media langsung menjuluki Charlie Cullen sebagai Angel of Death [Malaikat Pencabut Nyawa]. 

Charlie tampak sangat berbeda dari kebanyakan pembunuh berdarah dingin, ia tak tampak sebagai penjahat maupun sebagai monster berwujud manusia. Ia hadir sebagai anak yang berbakti, suami dan ayah yang penyayang, sahabat dan perawat yang disukai. Namun dalam bertahun-tahun menjalani karirnya sebagai perawat, apa yang membuatnya bisa membunuh sekitar 400 pasien begitu saja?

Di tangan Eddie Redmayne yang brilyan, Charlie memang tak ubahnya seperti orang biasa. Ia bertemu dengan Amy Loughren yang bekerja di rumah sakit yang sama dan lantas masuk ke dalam kehidupan Amy dengan begitu mudahnya karena alasan sederhana: ia tulus berteman dengan Amy dan kepribadiannya membuatnya juga disenangi kedua anak perempuan Amy. 

Ia menjalani hidupnya biasa saja, tak neko-neko, tak tampak seperti orang yang kesepian atau punya riwayat kesehatan mental akut. Charlie tampak dan bersikap seperti kita.

Amy pun tak menyadari itu. Hingga kematian demi kematian terjadi di sekelilingnya. Ia sama sekali tak pernah menyadari bahwa kematian-kematian itu punya korelasi satu sama lain. Ia sama sekali tak menyadari bahwa kematian-kematian itu tak wajar. Dan terutama ia sama sekali tak menyadari bahwa Charlie melakukan sesuatu yang tak wajar.

"The Good Nurse" bisa ditonton di Netflix.


7. TRIANGLE OF SADNESS

Pemenang Palme d'Or Cannes Film Festival 2022 ini layaknya sebuah esai yang ditulis dengan gaya jurnalisme sastrawi oleh seorang penutur yang brilyan sekaligus tekun dan punya kadar humor luar biasa. 

Ia tak saja brilyan namun punya kemampuan menertawakan banyak hal tanpa merasa perlu menceramahi penonton. "Triangle of Sadness" adalah sebuah komedi tentang tiga pilar kehidupan dimana kita berada saat ini.

Mari bertemu dengan Yaya dan Carl. Ruben memperkenalkan karakter Carl dengan brilyan melalui sesi kasting model. Di sela-sela kasting, seorang presenter menghadap ke kameranya asyik mengomentari kesetaraan walau nyinyir bin nyelekit. 

Ia mengobrolkan soal kesetaraan yang tak didapatkan para model pria dimana mereka mendapatkan bayaran hanya sepertiga dari yang diperoleh model perempuan.

Kesetaraan lantas dibawa oleh Ruben ketika cerita berpindah ke kapal pesiar mewah dimana Yaya dan Carl berinteraksi dengan para orang kaya. Disini ia mulai menyinggung soal kapitalisme. Bagaimana para orang kaya merasa berkuasa dengan uangnya dan merasa bebas memerintahkan apapun yang diinginkannya. Seorang istri pengusaha kaya Rusia meminta seluruh kru kapal untuk mencoba seluncuran air di tengah jadwal kerja mereka. Dan sebagai bentuk pelayanan yang baik, mereka semua tak punya kuasa untuk menolak permintaan ajaib tersebut.

Lalu Ruben membawa kita ke bagian ketiga ceritanya dimana ia mengolok-olok soal patriarki. Rupanya kapal pesiar mewah tersebut dibajak dan lantas meledak. Sejumlah penumpang kapal selamat termasuk Abigail, seorang manajer toilet. 

Di tengah pulau tak berpenghuni mereka terdampar namun hanya Abigail seorang yang punya keterampilan mendapatkan makanan dari laut. Maka Abigail dengan serta merta meruntuhkan patriarki dan membuat laki-laki kaya yang selamat harus menghamba dan mengikuti perintahnya. Jika tak mengikuti keinginannya, para laki-laki itu akan kelaparan dan mungkin mati.

"Triangle of Sadness" bisa ditonton di Klik Film.

Ichwan Persada adalah sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun