Mohon tunggu...
Moch IchwanPersada
Moch IchwanPersada Mohon Tunggu... Seniman - Sutradara/Produser Film/Pernah Bekerja sebagai Dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Produser film sejak tahun 2011. Sudah memproduseri 9 film panjang termasuk nomine Film Dokumenter Terbaik FFI 2012, Cerita Dari Tapal Batas. Menjadi sutradara sejak 2019 dan sudah menyutradarai 5 serial/miniseri dan 5 film pendek. Mendirikan rumah kreatif Indonesia Sinema Persada dan bergiat melakukan regenerasi pekerja film dengan fokus saat ini pada penulisan skenario.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

7 Film Asing Terbaik Tahun Ini yang Bisa Ditonton di Layanan Streaming

27 Desember 2022   10:56 Diperbarui: 27 Desember 2022   18:31 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Negeri kecil ini tak bermimpi menjadi negeri yang kaya tapi mereka ingin menjadi negara paling berbahagia di seluruh dunia. Namun betulkah warganya merasa demikian?

Mari berkenalan dengan Ugyen Dorji, pemuda yang bermimpi menjadi penyanyi profesional. Sebagaimana umumnya generasi millenial, Ugyen merasa terperangkap dalam hidupnya. Ia merasa tak menemukan jati dirinya, bahkan yang paling miris, ia mungkin tak merasa bahagia. Tapi negara mewajibkannya mengabdi dan ia harus menyelesaikannya setahun lagi.

Maka dikirimlah Ugyen ke Lunana, sebuah desa di puncak gunung dengan ketinggian lebih dari 11 ribu kaki dari permukaan laut. Kita bisa menebak apa yang terjadi dengan pemuda berusia 20-an ini. 

Sepanjang perjalanan berjalan kaki yang memakan waktu berhari-hari, ia terus menerus mengeluh. Dan ia dongkol setengah mati ketika tiba di desa Lunana yang minim segalanya. Mulai dari sekolah tempatnya mengajar, rumah tempatnya berdiam hingga soal listrik yang byar-pet.

"Lunana: a Yak in the Classroom" bisa ditonton di Klik Film.

5. QUO VADIS, AIDA

Aida adalah sosok guru yang kemudian membantu PBB menjadi penerjemah di tengah konflik panas Serbia -- Bosnia Herzegovina. Kakinya berpijak di 2 tempat: di kawasan PBB yang mencoba mengupayakan jalan damai bagi Srebrenica agar tak diduduki tentara Serbia dan di luar kawasan PBB yang mencari jalan untuk membantu suami dan dua anak laki-lakinya terhindar dari moncong senjata. 

Sebuah situasi yang sulit bagi Aida, juga situasi sulit bagi puluhan ribu manusia yang harus angkat kaki dari rumahnya sendiri yang sudah didiami puluhan tahun.

Dan Mladic adalah reinkarnasi Amon Goeth. Ia tak punya perasaan apapun ketika memerintahkan bawahannya menghabisi nyawa seorang tahanan. Seperti salah adegan di "Schlinder's List" ketika Amon yang baru saja bangun pagi meregangkan tangannya dengan menembakkan senjata ke sembarang orang tahanan di kamp Auschwitz.  

Ia bahkan membagikan cokelat dan roti dan meyakinkan semua orang bahwa mereka akan baik-baik saja. Tapi kata "baik-baik saja" memang hampir selalu bermakna "malapetaka".

Jasmila Zbanic memperlihatkan beragam adegan realistik yang mengoyak hati. Kita melihat ribuan orang bertahan di luar kawasan PBB dan berharap mereka bisa mendapatkan perlindungan dan keamanan dari pasukan perdamaian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun