Mohon tunggu...
ichwan prasetyo
ichwan prasetyo Mohon Tunggu... -

Saya jurnalis, suka membaca buku, suka mengoleksi buku, suka berkawan, tak suka pada kemunafikan. Saya memilih lebih baik hidup terasing daripada menyerah pada kemunafikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Misuh dalam Hidup Saya

6 Mei 2014   13:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:49 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketiga, saya misuh sebagai wahana untuk meringankan “beban dalam benak” saya saat mengetahui kian banyak pejabat negara, bahkan pejabat tinggi negara, yang punya kekuasaan besar dan tinggi, serta bergaji melimpah teryata masih doyan suap, mau korupsi, mau merekayasa APBD/APBN demi meraup keuntungan bagi pribadi atau kelompoknya.

Dalam konteks ini, misuh saya maknai dan posisikan sebagai jalan bagi rakyat kecil—seperti saya—untukmengungkapkan kejengkelan karena melihat perilaku elite politik dan penguasayang begitu bobrok dan busuk. Misuh dalam konteks ini menjadi katarsis sekaligus jalan kontemplatif: jangan sampai saya (dan juga Anda) ikut-ikutan busuk danbobrok.

Anda tahu “dalang edan” Sujiwo Tejo? Dia telah mengangkat derajat pisuhan terbiadab di tlatah Jawa Timur: ”diancuk” atau “jancuk” menjadi bahasa kebudayaan yang egaliter sekaligus intelektual. Jadi memaki atau misuh, kata makian atau pisuhan, memang bisa bermakna positif dan negatif, setidaknya dalam hidup saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun