"Kau tidak membantah tuduhanku, Iblis?"
"Apakah aku diijinkan memberi penjelasan, Baginda Nabi?"
Iblis memang berbakat untuk mendorong manusia sampai tepi batas emosinya. Aku ambil centong kecil berisi air, lalu aku rapalkan doa-doa agar masuk energi suci kedalamnya. Lalu, tanpa buang waktu aku siramkan air itu ke kaki Iblis. Sebagian kena tanah, namun sebagian lagi kena ke kulitnya, mendesis menguap. Nampak Iblis menahan sakit.
"Kau kuberi ijin menjawab pertanyaanku, Iblis. Bukan untuk berputar-putar menguji kesabaranku. Lugas saja! Kalau tidak, kuceburkan badanmu ke gentong air disana itu! Paham kau?"
"Paham, Ya Nabi. Mohon maaf." Berkeringat. Iblis yang terbuat dari api bisa berkeringat badan wadagnya. Sebegitu kuatnya dampak doa terhadap Iblis.
"Begini, Baginda Nabi. Ketibaan hamba disini sesungguhnya diluar rencana. Tidak ada maksud sedikit pun untuk menyelusup, apalagi menggoda-goda Bani Israil. Jujur saja, Baginda, hamba tidak perlu beralih wujud begini untuk menggoda kaum Israil. Hamba yakin tubuh gaib saja cukup. Apalagi, perjalanan eksodus ke Kanaan masih jauh. Tubuh daging ini jelas mudah sekali lelah, mudah sakit dan ringkih."
Kanjeng Rasul Musa berjalan menjauh, lalu mengambil dua batang kayu berupa bangku, untuk dirinya dan aku. Setelah ia taruh bangku itu didekatku, maka kami berdua duduk. Iblis tetap berdiri ditempatnya, namun dari tempat kami duduk wajahnya nampak sedikit lebih jelas.
Wajahnya menyebalkan bukan main.
"Mengapa hamba berseragam tentara Mesir? Karena, memang disitulah misi hamba, Baginda."
Badik kecil di pinggang kucabut. Aku terjang leher Iblis, hingga tercekik dan keluar lidahnya.
"Mesir itu teritori dakwah kami, Allah yang turunkan kami berdua disana. Bohong kau jika mengaku dikirim Allah untuk menggoda kami di Mesir!"