“Diusir?? Dangkal sekali pemahamanmu atas sikap Allah, Mas Eko!”
Kulempar rokok yang masih menyala ke tanah. Dengan tangan kananku, kurenggut kain di bahunya. “Sudah kutahan dari tadi kemarahanku. Kau pancing sampai ke titik ini, sedikit lagi akan kuhajar tampangmu!”
Matanya melirik kiri kanan. Aku tak perduli jika harus berkelahi disini dengan tua Bangka ini. Namun, dagelan sedang ger-gernya, tak ada yang melihat kejadian ini. Paling-paling kami dianggap bercanda atau mabuk. Lain ceritanya jika aku sudah menyodok rahangnya.
“Sabar, Mas Eko. Tak semua harus diselesaikan dengan gelut. Aku belum sampai pada maksudku.”
“Bicara yang jelas, cepat! Sampaikan maksudmu, sialan!” Kuguncang sedikit bahunya sebelum kulepaskan. Ia rapihkan duduknya dan kain bajunya sedikit, sebelum Tarik napas dan lanjut bicara.
“Mas Eko, Allah sedari awal berniat menciptakan manusia untuk menjadi wakil-Nya di muka bumi.” Tiga kata terakhir itu dipertegasnya. “Sedari awal memang spesies kalian itu tidak diciptakan untuk hidup di surga. Dilanggar atau tidak perintah Allah itu, Nabi Adam memang akan diturunkan ke bumi, cepat atau lambat.”
Aku mendengus, “Dan kelakuan iblis lah yang mempercepatnya!”
“Tidak. Sekali lagi jangan kau anggap aku lebih berkuasa dari Allah. Allah yang tentukan kapan Adam dan Hawa diturunkan ke bumi. Tak ada kuasaku disana. Adam dan Hawa diturunkan ke bumi setelah melalui proses trainee di surga. Allah memberi masa probation sebelum Adam dan Hawa diberi kuasa perwakilan penuh mengelola planet bumi. Termasuk diantara program training tersebut adalah, bagaimana Adam dan Hawa menghadapi aturan-aturan yang membatasi. Pohon keabadian itu tidak bisa memberikan manfaat maupun kecelakaan pada mereka, namun larangan tetap diberikan. Pohon keabadian itu berada dalam jangkauan mereka, namun Allah melarang untuk mendekati. Tanpa perlu dorongan godaanku pun, aturan itu tetap menggoda untuk kalian langgar, bukan? Anak turunan Adam sudah membuktikannya sekarang. Spesies kalian tak bisa hidup di laut, namun ada diantara kalian yang hidup dari mengelola dasar laut. Kalian tak bisa terbang, tapi betapa mudahnya kalian mempersingkat jarak perjalanan dengan menguasai udara. Bahkan, jelas-jelas Allah turunkan kalian ke bumi, kalian malah mengirimkan beberapa manusia untuk turun di bulan! Mengapa kalian menurunkan derajat nenek moyang kalian dengan menganggap bahwa mereka lemah terhadap godaanku?”
Sinden sedang berjoget-joget di panggung. Penonton semakin ramai, banyak yang baru berdatangan. Perhatianku teralihkan sebentar karena lantunan music gamelan menyita perhatianku. Beberapa hembus asap rokok kami kepulkan. Jujur saja, aku tak punya kata-kata untuk menanggapi ocehan Iblis tadi.
“Lagipula, kau pikir segala makhluk Allah yang ada di surga kala Adam diciptakan, mereka masih di surga sekarang? Semua transmigrasi kesini, Mas Eko.” Sambil tangannya menunjuk tanah. “Kami semua ikut wakil Tuhan turun kesini. Peristiwa turunnya manusia ke bumi itu bukan azab, bukan ujian atau cobaan. Apalagi penghinaan. Itu pertanda dimulainya episode paling menarik dalam hidupku!”
“Menarik karena kau punya kesempatan menjebloskan sebanyak-banyaknya manusia ke neraka, bukan?”