Aku terdiam sesaat. Kuberi jeda agar nikotin terserap sempurna ke darah, lalu mencapai tujuannya ke sel otakku. Disana mereka bisa membantu otakku berpikir menjawabi si tua gemblung ini.
“Allah memberi pilihan pada semua makhluk-Nya. Iblis memilih jalan yang salah.”
“Allah merestui iblis memilih jalan yang menurutmu salah, Mas Eko.”
“Menurutmu, Iblis tidak salah, Pak??” Kuhentak sekalian nada bicaraku.
“Salah benar hanya Allah yang berhak menentukan, Mas. Ia Yang Maha Adil, Maha Menghakimi. Kita ini siapa dihadapan-Nya? Dihadapan makhluk-Nya?”
“Iblis menolak sujud dihadapan Nabi Adam AS karena sombong. Sombong itu pakaiannya Allah!”
“Kau hanya paham separuh cerita.”
“Aku memahami apa yang ada di kitab suci, Pak. Ajaran para ulama pun demikian.”
“Aku menolak sujud pada Adam karena menurutku tak pantas makhluk bersujud pada makhluk.”
“Karena apa? Syirik? Jadi maksudmu seluruh makhluk Allah yang bersujud pada Nabi Adam kala itu syirik, termasuk para malaikat?”
“Tak pantas ciptaan Tuhan menghakimi atau menilai-nilai ciptaan-Nya yang lain. Jika Allah menganggap mereka syirik, maka syirik lah mereka. Jika tidak, maka kau dan aku tak boleh menuduh-nuduh.”