"Juli, bukan seperti ini caranya menyelesaikan masalah, sayang," suara itu berbisik lembut di telingaku.
Aku langsung membuka mata. Betapa terkejutnya aku saat melihat seorang perempuan cantik berpakaian serba putih layaknya peri. Ia memegang erat tanganku.Â
Wajah perempuan itu berseri sekali. Wajahnya sama persis dengan wajah perempuan yang ada dalam foto itu. Matanya memancarkan kasih sayang. Senyumannya mirip dengan senyumku.
"Iib..." suaraku langsung terpotong setelah jari telunjuknya menyentuh bibir tipisku.
"Iya, sayang," katanya. "Mengapa kamu mengambil jalan ini putriku?" Ia bertanya lembut.
"Bu, aku kangen sama Ibu. Aku ingin bertemu dengan Ibu. Tapi aku tidak tahu gimana caranya. Maaf Bu, aku mengambil jalan ini."
"Ini bukan jalan yang baik, sayang. Dengan kamu berani menghadapi hidupmu tanpa Ibu, itu sudah membuat Ibu bahagia. Ibu juga kangen padamu. Tapi, belum saatnya kita untuk bertemu, sayang."
"Berarti Ibu gak mau bertemu denganku," kataku sambil menangis. "Ibu jahat. Jahat seperti mereka." Ibu langsung memelukku.
"Bukan begitu maksud Ibu, sayang. Ada saatnya kita bertemu. Lari dari hidup itu bukan cara yang baik. Jika kamu ada masalah selesaikan dengan baik-baik."
"Mereka kejam, Bu. Mereka menyakiti kita. Aku tidak ingin bersama mereka," aku terus menangis dalam pelukannya.
"Boleh kamu gak tinggal bersama mereka. Tapi bukan berarti kamu lari dari hidupmu. 'Kan masih ada temanmu dan keluarga Ibu yang masih sayang padamu." Ia memegangi wajahku kemudian menghapus air mataku.Â