Mohon tunggu...
iben nuriska
iben nuriska Mohon Tunggu... Wiraswasta - Direktur PT. Ihwal Media Utama

Pimred www.ihwalmedia.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kemarahan Rustam

19 September 2022   03:39 Diperbarui: 19 September 2022   06:46 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rustam mengusap rambut istrinya. Dibelainya. Dirundukkannya kepala istrinya. Diciumnya rambut istrinya. Dipeluknya. Keduanya berpagut. Semakin ngebut. Terpatah-patah istrinya kemudian berkata lagi di dada Rustam. "Bang, tadi aku hampir sampai di rumah Yuda. Kami hampir sampai...Bang... Yuda, Bang..."

Rustam oyong. Kakinya tak lagi kuat menahan bobot tubuhnya dan juga istrinya yang bersandar ke dadanya. Pelukannya terlepas. Ia jatuh ke lantai. Kepalanya disandarkan ke paha istrinya. Berganti kini istrinya memagut. Diusapnya pipi suaminya. Keduanya sunyi. Larut dalam kesedihan masing-masing.

Penyesalan mulai menyeruak menyelimuti Rustam. Dari kecupan-kecupan istrinya sambil mengulang-ulang menceritakan mimpinya kepada Rustam, Rustam dapat merasakan keguncangan istrinya melebihi dari apa yang ia rasakan.

Rustam teringat pada doa-doanya mengharapkan kematian istrinya. Rustam ingat pembiarannya dan tidak mengurus istrinya yang jatuh sakit sehari setelah kedua anak laki-lakinya -- kakak Yuda -- terbang kembali ke kota mereka masing-masing di pulau yang berbeda melanjutkan hidup bersama keluarga masing-masing. Rustam teringat beberapa saat yang lalu ia hampir membunuh istrinya. Rustam teringat pada pisau yang masih berada di ranjang itu. Dirabanya. Begitu tangannya menyentuh pisau itu, dibuangnya jauh dan prakk, pisau itu menempel di lemari jati yang ada di sudut kamarnya.

Rustam tak kuasa menahan sebak. Ia ingin teriak namun tertahan. Seakan-akan pita suaranya sudah tak lagi berfungsi. Tubuhnya berguncang hebat. Tangisnya semakin tak terbendung. Pun istrinya. Suami istri itu akhirnya terlelap kehabisan tenaga.

***

Telah dua hari Rustam menemani istrinya di rumah sakit. Kepada anak-anaknya yang merisaukan keadaan Mama mereka Rustam bilang istrinya cuma demam panas biasa akibat kelelahan. Dan memang, di hari yang kedua itu istrinya sudah menampakkan tanda-tanda akan sembuh.

Sesulit-sulitnya menerima sebuah kenyataan pahit, lebih sulit lagi memaafkan keadaaan yang telah menyebabkan terjadinya kenyataan pahit itu.

Rustam masih sulit memaafkan dirinya yang terniat membunuh istrinya. Dan lebih sulit lagi baginya memaafkan kesalahan istrinya yang dianggapnya telah menyebabkan Yuda bunuh diri. Tapi Rustam telah berjanji pada dirinya. Rustam tidak akan melakukan kesalahan baru untuk membalas kesalahan yang dilakukan istrinya, kepada dia dan kepada Yuda.

Rustam menyadari bahwa perlakuan istrinya kepada Yuda adalah untuk kebaikan anak mereka juga. Bukan hanya kepada Yuda seorang, kepada kedua anaknya yang lain istrinya juga berbuat hal yang sama. Dan Rustam bukannya tidak tahu bagaimana pola asuh istrinya kepada ketiga anaknya. Hanya saja Rustam tidak pernah berpikir sejauh itu dan sedikit pun tidak menyangka dampaknya berakhir fatal. Karena itulah ia tidak pernah menyalahkan cara-cara yang diterapkan istrinya kepada anak-anak mereka.

Rustam mengecup kening istrinya. Dilihatnya betapa beratnya beban yang tergurat di kening istrinya. Mata yang terpejam itu seperti sedang berusaha menenggelamkan kenangan akan kematian anak bungsu mereka yang mengenaskan. Dibetulkannya letak selimut istrinya yang tersibak hingga ke atas lutut. Dikecupnya kembali kening istrinya yang sudah tertidur. Dalam dan lama. Lalu Rustam keluar dari bilik perawatan mencari angin segar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun