Mohon tunggu...
Maulana Ibrahim Sandra
Maulana Ibrahim Sandra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dreamer

Hi there. u can see another side of me from here

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Berfikir Biar Enggak Salah Mulu"

23 Mei 2023   21:01 Diperbarui: 23 Mei 2023   21:02 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Anggaplah cerita ini nyata, ilustrasi untuk menjelaskan Action Bias, Avaibility bias, dan Association Bias. 

Suatu ketika ada seekor monyet muda bekerja di supermarket. Mulanya, ia bekerja di level low manejer dengan status kontrak kerja. Di waktu selesai jam kerja ia manfaatkan untuk bertemu dengan monyet-monyet lain di hutan untuk bermain, makan pisang, bahkan tidur di sarang mereka di hutan.

(1) Suatu hari si monyet muda diundang oleh raja monyet untuk datang di acara perayaan tahunan yang akan dihadiri banyak monyet-monyet lain di hutan. Karena Ia pikir yang mengundangnya seekor raja akhirnya selepas kerja ia  mempersiapkan diri untuk menghadiri perayaan tersebut tanpa tau maksud dari acara tersebut untuk apa. Singkat cerita selesai acara larut malam dan ia harus kembali ke sarangnya untuk istirahat agar siap kembali bekerja esok hari.

(2) Setelah 3 bulan bekerja monyet muda dipromosi oleh monyet manajer di tempat kerjanya, dengan tugas barunya ia bekerja dengan penuh semangat. Ia disemangati terus oleh monyet manajer, "kamu disini harus berkarya", "kamu ini beruntung karena kamu masih muda dan bisa bekerja di sini", "Kamu harus meninggalkan legacy yang baik dengan semangat terus dalam bekerja" hingga "kerja adalah ibadah". begitulah kira kira dorongan dan support dari monyet manajer. 

Di level jabatannya sekarang, tugas-tugas pekerjaan si monyet lebih banyak dan kompleks dibanding jabatan sebelumnya, akhirnya ia tidak punya waktu lagi untuk bermain dengan monyet-monyet di hutan atau hanya sekedar bertemu. Beberapa monyet di hutan tersinggung dengan sikap baru dari monyet muda, monyet hutan menganggap naik jabatan adalah penyebab sombongnya seekor monyet.

(3) Supermarket mengalami perombakan tim manajer, supervisor, bahkan kepala yayasan. Banyak kebijakan diganti, ditambah, bahkan dikurangi. Salah satu kebijakan yang dikurangi adalah tidak ada karyawan yang diizinkan mengikuti perayaan tahunan kecuali fee atau perbekalan akan ditanggung sendiri, tidak seperti kebijakan sebelumnya yang diporbolehkan, bahkan semua perbekalan untuk mengikuti acara tesebut akan ditanggung oleh perusahaan. 

Dua bulan sudah berlalu dengan kebijakan yang baru dan kinerja supermarket dari minggu ke minggu mengalami penurunan pembeli. Bahkan sampai pada titik mendekati gulung tikar karena pemasukan lebih kecil dibanding biaya operasional supermarket. Akhirnya, si monyet muda berfikir bahwa kebijakan baru itulah penyebab peluang kebangkrutan supermarket tempat ia bekerja.

BIAS BIAS DALAM BERFIKIR ?!

Ok, setelah membaca kisah di atas mari kita bedah satu persatu. waaait !, tapi sebelumnya moqoddimah dulu ya hehe,

Teman-teman yang saya cintai tujuan ditulisnya tema ini tak lain untuk memberikan manfaat kepada saya pribadi dan pembaca sekalian. Semoga menjadi amal jariyah untuk kita semua, Aamiin.

Sip, kita mulai. Kita mulai dari berfikir, Berfikir dan manusia tidak bisa dipisahkan sepanjang masa, selama manusia itu hidup dan sadar maka dia akan terus berfikir. Sebuah penelitian mengatakan seorang manusia berfikir 50.000 macam pikiran setiap harinya dan otak manusia mengalami 100.000 reaksi kimia setiap  detiknya (sumber : Ihwal sesat pikir dan cacat logika hal. 1), tapi secanggih-canggihnya benda apapun di dunia ini pasti ada  kelemahannya, termasuk akal kita tempat ribuan pikiran itu. Maksud dari kelemahan berfikir ini adalah kurang tepat atau kurang pas antara sikap dan ide (reaksi akal) ketika kita sedang menghadapi situasi tertentu, atau singkatnya ketika seseorang berfikir yang tidak sesuai dengan dasar dari kaidah-kaidah rasionalitas. Penyebabnya ada dua, pertama kurangnya informasi, kedua keadaan mental yang belum siap menghadapai situasi atau peristiwa tersebut.

Salah satu kajian filsafat yang membahas tentang cara berfikir yang benar adalah kajian logika, di sini saya mengambil refrensi dari buku Ihwal sesat pikir dan cacat logika karya Fahruddin Faiz. Menurut Bapak Fahruddin Faiz salah satu metode yang baik untuk belajar kajian logika ini dengan cara mengenal kesalahan-kesalahan dalam berfikir, ada apa saja ? setidaknya ada dua pembahasan jika bicara tentang kesalahan berfikir, yaitu bias kognitif (bias dalam berfikir) dan Logical fallacy (kesesatan berfikir), di sini saya hanya membahas tentang 3 jenis bias kognitif dari 33 bias kognitif yang ada di buku Ihwal sesat pikir dan cacat logika, karya Fahruddin Faiz.

1. ACTION BIAS

Coba perhatikan kisah monyet di paragraf  yang saya beri tanda (1). Si monyet tidak tahu apa maksud acara tersebut tapi ia tetap datang ke acara perayaan, ini sama seperti halnya orang yang berbuat sesuatu tapi tidak tahu ketepatan, fungsi, maksud, efektivitas dari perbuatan yang dilakukan, kita sering terjebak dalam action bias. Di dalam bukunya, Pak Fahruddi Faiz memberikan contoh pernyataan-pernyataan yang mengandung Action bias, seperti

"Yang penting kerja"

"Yang penting sudah berusaha, hasilnya bisa dimaklumi"

"Yang penting ahlinya sudah bertindak, berarti urusan beres"

Coba berfikir sejenak sebelum melakukan aktivitas apapun. Selipkan pertanyaan, kenapa aku melakukan ini ? jika dirasa alasannya baik maka lakukan dengan semangat, jika alasannya kurang logis atau kurang baik maka berusahalah cari  alasan lain. Jika benar-benar tidak ditemukan alasan yang baik maka ganti dengan aktivitas lain, dengan ini kita sudah mencegah diri kita dari perbuatan sia- sia atau action bias.

Dosen, mahasiswa, sampai dokter suka terjebak dalam action bias. Dosen yang menganggap mahasiswanya yang sudah mengumpulkan tugas makalah lalu menganggap dengan makalah itu berarti si mahasiswa sudah bisa atau paham di mata kuliah tersebut, padahal bisa jadi isinya hanya hasil copy paste google, jasa joki, atau lain sebagainya yang tidak  menggambarkan keahlian atau kompeten dari si mahasiswa, yang penting kumpulin tugas, lalu diluluskan.

Mahasiwa yang ditunjuk tiba-tiba untuk presentasi didepan kelas, belum ada persiapan sebelumnya, sering kali menggunakan strategi action bias, yang penting ngomong di depan kelas, yang penting tampak lancar meskipun keliru.

Dokter yang mengobati pasiennya dengan obat pereda rasa sakit karena belum bisa memastikan penyakit dari pasien tersebut, yang terpenting diberikan obat dahulu meskipun belum tepat dengan penyakit intinya. Dampak negatif dari action bias adalah Kesia-siaan perbuatan (proses) sehingga hasilnya kurang maksimal atau bahkan tidak mendapatkan benefit dari perbuatan (proses) tersebut.

2. AVAIBILITY BIAS

Coba perhatikan lagi cerita monyet di paragraf yang saya beri tanda (2). Monyet-monyet hutan yang menganggap bahwa naik jabatan adalah penyebab dari ketidakpedulian atau kesombongan dari si monyet muda, ini sama halnya orang yang menyimpulkan bahwa merokok tidak berbahaya karena melihat kakeknya yang berusia 70 tahun merokok dan masih hidup, atau orang yang membuat kesimpulan bahwa terminal bus adalah tempat para copet karena dirinya pernah dicopet saat di terminal bus.

Kita cenderung suka menyimpulkan suatu hal dengan dasar apa yang paling mudah kita ingat, ini namanya avaibility bias. "Avaibility bias itu berarti kita menciptakan satu gambaran tentang sesuatu dengan menggunakan contoh-contoh yang lebih mudah muncul dalam pikiran" (sumber : Ihwal sesat pikir dan cacat logika hal. 10). Contoh pernyataan-pernyataan yang mengandung avaibility bias,

"Usaha seperti itu tidak penting, lihat, dia tanpa melakukannya berhasil" 

"Kuliah tidak membuat sukses, lihat Bob Sadino dia kaya tanpa kuliah" 

Coba kita luaskan pandangan kita untuk menilai sesuatu apakah yang kita lihat itu adalah kausalitas dari kesimpulan yang kita buat atau hanya sebatas korelasi. Bob Sadino sukses karena dedikasi yang tinggi terhadap dunia bisnis bukan karena tidak kuliah. Tidak kuliah hanya korelasi saja bukan kausalitas (penyebab) dari kesuksesannya.

"Untuk melawan avaibility bias pikiran kita harus terbuka juga terhadap kemungkinan-kemungkinan lain yang berbeda dengan  yang selama ini kita yakini. Kita harus meluaskan wawasan dan perspektif, bukan dengan kaca mata kuda" (sumber : Ihwal sesat pikir dan cacat logika hal. 11). Dan pada akhirnya, avaibility bias ini menyebabkan pemahaman yang ringkih akan kebenarannya, salah perhitungan, bahkan kecurigaan terhadap sesama.

3. ASSOCIATION BIAS

Coba baca lagi paragraf yang saya beri tanda (3) dari cerita monyet di atas. ketika si monyet muda melihat kebijakan baru, yakni dilarangnya mengikuti perayaan tahunan dan melihat keadaan supermarketnya yang mendekati gulung tikar, lalu ia menghubungkan kedua peristiwa tersebut menjadi sebab-akibat (dilarang ikut perayaan = Bangkrut perusahaan). padahal sebenarnya, bukan karena kebijakan itu supermarket mendekati kebangkrutan, nyatanya mungkin saja karena semangat karyawan yang kurang  motivasi kerja atau mungkin saja karena penurunan kualitas produk yang di jual di supermarket sehingga pembeli menjadi kurang minat membeli, dan lain sebaginya.

Hal di atas adalah contoh kasus yang terjebak pada association bias, Ketika kita menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain padahal tidak saling berhubungan. Dalam buku Pak Fahruddi Faiz diberikan contoh pernyataan-pernyataan yang mengandung association bias,

"Setiap kali menggunakan baju putih saat ujian, aku pasti lulus dengan nilai memuaskan"

"setiap kali tidak mandi tiga hari, hari keempat aku selalu mendapat rezeki yang tidak terduga"

"setiap kali tidur di atas jam 12 malam, esok harinya pasti mendengar berita baik". 

Coba untuk menunda menyimpukan sesuatu dari dua peristiwa secara terburu-buru. Dampak negatif dari association bias ini bisa menciptakan pengetahuan palsu. Be careful !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun