Coba perhatikan lagi cerita monyet di paragraf yang saya beri tanda (2). Monyet-monyet hutan yang menganggap bahwa naik jabatan adalah penyebab dari ketidakpedulian atau kesombongan dari si monyet muda, ini sama halnya orang yang menyimpulkan bahwa merokok tidak berbahaya karena melihat kakeknya yang berusia 70 tahun merokok dan masih hidup, atau orang yang membuat kesimpulan bahwa terminal bus adalah tempat para copet karena dirinya pernah dicopet saat di terminal bus.
Kita cenderung suka menyimpulkan suatu hal dengan dasar apa yang paling mudah kita ingat, ini namanya avaibility bias. "Avaibility bias itu berarti kita menciptakan satu gambaran tentang sesuatu dengan menggunakan contoh-contoh yang lebih mudah muncul dalam pikiran" (sumber : Ihwal sesat pikir dan cacat logika hal. 10). Contoh pernyataan-pernyataan yang mengandung avaibility bias,
"Usaha seperti itu tidak penting, lihat, dia tanpa melakukannya berhasil"Â
"Kuliah tidak membuat sukses, lihat Bob Sadino dia kaya tanpa kuliah"Â
Coba kita luaskan pandangan kita untuk menilai sesuatu apakah yang kita lihat itu adalah kausalitas dari kesimpulan yang kita buat atau hanya sebatas korelasi. Bob Sadino sukses karena dedikasi yang tinggi terhadap dunia bisnis bukan karena tidak kuliah. Tidak kuliah hanya korelasi saja bukan kausalitas (penyebab) dari kesuksesannya.
"Untuk melawan avaibility bias pikiran kita harus terbuka juga terhadap kemungkinan-kemungkinan lain yang berbeda dengan  yang selama ini kita yakini. Kita harus meluaskan wawasan dan perspektif, bukan dengan kaca mata kuda" (sumber : Ihwal sesat pikir dan cacat logika hal. 11). Dan pada akhirnya, avaibility bias ini menyebabkan pemahaman yang ringkih akan kebenarannya, salah perhitungan, bahkan kecurigaan terhadap sesama.
3. ASSOCIATION BIAS
Coba baca lagi paragraf yang saya beri tanda (3) dari cerita monyet di atas. ketika si monyet muda melihat kebijakan baru, yakni dilarangnya mengikuti perayaan tahunan dan melihat keadaan supermarketnya yang mendekati gulung tikar, lalu ia menghubungkan kedua peristiwa tersebut menjadi sebab-akibat (dilarang ikut perayaan = Bangkrut perusahaan). padahal sebenarnya, bukan karena kebijakan itu supermarket mendekati kebangkrutan, nyatanya mungkin saja karena semangat karyawan yang kurang  motivasi kerja atau mungkin saja karena penurunan kualitas produk yang di jual di supermarket sehingga pembeli menjadi kurang minat membeli, dan lain sebaginya.
Hal di atas adalah contoh kasus yang terjebak pada association bias, Ketika kita menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain padahal tidak saling berhubungan. Dalam buku Pak Fahruddi Faiz diberikan contoh pernyataan-pernyataan yang mengandung association bias,
"Setiap kali menggunakan baju putih saat ujian, aku pasti lulus dengan nilai memuaskan"
"setiap kali tidak mandi tiga hari, hari keempat aku selalu mendapat rezeki yang tidak terduga"