KELICIKAN JOKOWI Â SEMAKIN LAMA SEMAKIN NAMPAK
Setiap orang tentu berbeda sudut pandangnya tetapi secara pribadi saya melihatnya ataupun menilainya bahwa Jokowi sudah melakukan  beberapa "kelicikan" di dalam memimpin negara ini.
Kelicikan yang pertama terkait BBM.
Betul bahwa Subsidi BBM itu sangat memberatkan Pemerintah. Â Presiden SBY dulu tidak pernah berani menaikkan harga BBM (mencabut sebagian subsidi). Â Tetapi Jokowi memang berani. Berani disini tentu terkait pada momen yang sangat pas sekali.
2-3 kali SBY menunda kenaikan BBM, Jokowi yang baru dilantik akhirnya berani menaikkan BBM. Masyarakat melihat itu sebagai "keterpaksaan" dan berusaha amat sangat untuk memakluminya. Â Sampai disitu Jokowi sedikit aman.
Tak lama kemudian harga minyak dunia turun. Jokowi pun bermanuver menurunkan sedikit harga BBM. Itulah yang akhirnya Jokowi mulai menguasai  "Perasaan" masyarakat luas. Apalagi sosok Jokowi berkemeja putih telah tertancap dalam di benak mayoritas rakyat Indonesia.
Kelicikan Jokowi dalam menaikkan harga BMM  akhirnya dapat dikamuflase dengan membuat BBM jenis baru yang rentang harganya berada antara  Premium dan Pertamax.  Dibuatlah Genre baru dari BBM yaitu Pertalite. Dan masyarakat diberi  3 pilihan dalam menggunakan BBM yang ada.
Pengamatan saya pribadi, fakta yang ada sebenarnya yang namanya Pertalite itu wujud dari Premium yang diberi bumbu sedikit. Pertama muncul saya amati kualitasnya memang jauh diatas Premium. Tetapi setahun belakangan ini  sering saya temui  pom bensin yang kehabisan Premium dan yang tersedia hanya Pertalite dan Pertamax.  Dan anehnya bau Pertalite yang sekarang nyaris sama dengan bau Premium yang biasa saya pakai untuk motor saya.  Hal itulah yang membuat saya menganalisa bahwa sebenarnya Pertalite itu Premium yang dinaikan harganya tetapi diberi  nama yang berbeda.
Kelicikan Kedua Terjadi Pada Proyek-proyek  Mercusuar (Infrastruktur)
Sebenarnya saya setuju-setuju saja  ketika  Jokowi mengutamakan Proyek-proyek Infrastruktur yang pada zaman SBY dipending untuk diselesaikan  oleh Jokowi.  Logikanya dengan infrastruktur yang jauh lebih baik maka arus (lintas) perputaran berbagai komoditi akan lebih lancer dan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Sayangnya ternyata Proyek-proyek infrastruktur raksasa bukannya ditingkatkan proporsinya dari zaman SBY tetapi dilipat-gandakan berlipat-lipat oleh Jokowi. Â Apa maksudnya, apa tujuannya dan apa konsekwensinya?