Kedua, ada pandangan bahwa urutan surat-surat ditentukan melalui ijtihad (penalaran) para sahabat. Ini dibuktikan oleh keberadaan berbagai mushaf yang berbeda dalam tangan beberapa sahabat, seperti mushaf Ali yang mengikuti urutan turunnya wahyu, dan mushaf Ibn Mas'ud serta beberapa sahabat lainnya yang memiliki urutan yang berbeda.
      Ketiga, ada pendapat bahwa penyusunan urutan surat dalam Al-Qur'an sebagian bersifat tauqifi (otoritas Nabi) dan sebagian lainnya merupakan hasil ijtihad Nabi SAW. Pandangan ini dianut oleh sebagian ulama, yang mengatakan bahwa sebagian besar surat telah dijelaskan oleh Nabi SAW, seperti surat-surat seperti as-sab', ath-thul, al-hawamim, dan al-fashl, sementara surat-surat lainnya diserahkan kepada umat Islam untuk menentukan urutannya.
- Hikmah dibalik penyusunan surat dan ayat
      Pembagian Al-Qur'an menjadi berbagai surat yang beragam tentu memiliki hikmah tersendiri. Di bawah ini, saya akan menyajikan beberapa hikmah yang terkandung dalam pembagian tersebut, sejauh yang dapat dijelaskan berdasarkan pengetahuan dari berbagai sumber. Perlu diingat, hikmah-hikmah ini hanya sebagian kecil dari banyak hikmah yang ada:
- Terdapat tujuan yang beragam dari pembahasan tertentu dalam setiap surat dalam Al-Qur'an.
- Membantu memudahkan proses pembelajaran dan hafalan Al-Qur'an.
- Membantu melindungi Al-Qur'an dari kemungkinan distorsi atau perubahan.
- Menantang mereka yang menentang Al-Qur'an untuk menciptakan surat yang sependek mungkin yang setara dengan Al-Qur'an.
Ini adalah beberapa hikmah yang dapat ditemukan di balik penyusunan Al-Qur'an dalam bentuk surat dan ayat yang beragam.
- Nama dan klasifikasi surat
Kemudian timbul pertanyaan lain, yaitu apakah penamaan surat-surat tersebut adalah ketetapan dari Nabi SAW atau tidak? Beberapa berpendapat, seperti Az-Zarkasyi dan As-Suyuthi, bahwa penamaan surat-surat tersebut merupakan ketetapan Nabi SAW. Hal ini karena sebagian besar nama-nama surat dalam Al-Qur'an sudah ada pada zaman Rasul SAW.
      Surat-surat dalam Al-Qur'an umumnya memiliki satu nama, tetapi ada juga yang memiliki lebih dari satu nama. Sebagai contoh, surat Ha Mim juga dikenal dengan nama surat Ash-Shura; surat Al-Jatsiyah juga dikenal sebagai surat Ash-Shari'ah; dan surat Al-Qital juga dikenal sebagai surat Muhammad.
      Contoh lain adalah surat Al-Maidah yang juga dikenal sebagai surat Al-'Uqud dan surat Al-Munqadzah, begitu pula dengan surat Al-Mu'min yang juga dikenal sebagai surat Ghaafir dan surat Ath-Thul.
      Bahkan surat Al-Fatihah memiliki lebih dari dua puluh nama. Adapun penamaan surat-surat tersebut memiliki berbagai latar belakang, dan setidaknya ada enam alasan dan mode penamaan surat:
      Penamaan berdasarkan konten utama yang dibahas dalam surat tersebut, seperti surat An-Nisa, Al-Hajj, At-Tauhid, Al-Anbiya', Al-Ahzab, dan lainnya.
      Penamaan surat diambil dari nama para nabi atau tokoh yang disebutkan dalam surat tersebut, seperti surat Muhammad, Nuh, Ibrahim, Yunus, Yusuf, Luqman, Maryam, dan Ali Imran.
      Penamaan surat berdasarkan huruf-huruf awal yang terdapat di awal surat, seperti surat Yasin, Qaf, Ash-Shad, dan Tha Ha. Penamaan surat diambil dari nama hewan yang disebut dalam surat, seperti surat Al-Baqarah, An-Nahl, An-Naml, dan Al-'Ankabut. Penamaan surat diambil dari salah satu sumpah Allah, seperti surat Al-Fajr, Ash-Shams, Adh-Dhuha, At-Thin, dan Al-'Adiyat. Penamaan surat diambil dari bagian terpenting dari isi surat, seperti surat Al-Jumu'ah, Al-Waqi'ah, Al-Fath, Al-Hadid, dan Al-Muthaffifin.