Secara terminologi, surah adalah bagian dari Al-Quran yang dimulai dengan lafadz basmalah, kecuali surat al-Bara'ah. Surah terdiri dari ayat-ayat, dan jumlah ayat dalam satu surah bisa berbeda antara satu dengan yang lain. Surah terpendek adalah al-Kautsar, sedangkan yang terpanjang adalah al-Baqarah. Atau, surah dapat dijelaskan sebagai himpunan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki awal dan akhir.
- Pengertian Ayat
Secara etimologis, ayat, yang umumnya disetujui oleh para ulama dan ahli bahasa, mengacu pada tanda atau indikasi yang jelas dari sesuatu yang dapat dipahami, serta menjadi petunjuk menuju makna yang rasional. Ar-Raghib al-Isfahani dalam "Mufradat"-nya juga menjelaskan bahwa ayat adalah tanda yang jelas.
Selain itu, dalam konteks Al-Quran, kata "surat" memiliki berbagai makna seperti mukjizat, tanda, penunjuk, keterangan, pelajaran (ibrah), dan merupakan bagian integral dari surat itu sendiri. Secara istilah, ayat merujuk pada satu kalimat atau lebih yang memiliki pemisah atau fasl antara bagian sebelum dan sesudahnya, dan ini merupakan konten yang ada dalam surat tertentu. Ayat juga dapat didefinisikan sebagai sejumlah kata-kata Allah yang tersusun dalam suatu surat dalam Al-Quran.
- Pengertian Juz
      Di dalam Al-Quran yang kita miliki saat ini, terdapat pembagian yang sering kita kenal dengan istilah "Juz." Juz adalah pembagian Al-Quran di mana setiap Juz memiliki panjang ayat yang sama. Penting untuk dicatat bahwa pembagian ini tidak berhubungan secara khusus dengan subjek atau topik tertentu dalam Al-Quran. Jumlah Juz dalam Al-Quran adalah 30 Juz. Pembagian ini bertujuan untuk membantu individu yang ingin membaca dan menyelesaikan bacaan Al-Quran dalam satu bulan. Selain itu, pembagian ini juga memudahkan pengaksesan, pelacakan, dan penghafalan Al-Quran.
- Pengertian Ruku
Di dalam satu surat Al-Quran, terdapat subdivisi yang membaginya menjadi beberapa pembahasan tertentu, dan dalam beberapa kasus, surat-surat pendek hanya membahas satu topik tertentu saja. Pembagian ini sering disebut sebagai "ruku'." Dalam rasm Usmani, pembahasan khusus ini biasanya ditandai dengan huruf 'Ain di atas fasl (pemisah antara pembahasan tersebut).
- Susunan surat dan ayat
      Salah satu bukti keunggulan Al-Quran adalah bahwa ia tidak mengalami distorsi seiring berjalannya waktu. Bahkan, Allah sendiri berjanji dalam salah satu ayat Al-Quran bahwa Dia akan menjaga Al-Quran ini hingga akhir zaman. Al-Quran diturunkan oleh Allah kepada seorang nabi yang terbebas dari kesalahan, sehingga nabi tersebut tidak akan salah dalam menjalankan tugasnya sebagai penghimpun wahyu Ilahi. Dengan kata lain, Al-Quran sebagai kitab suci haruslah suci dalam segi makna dan redaksinya, serta penyusunannya dari awal hingga akhir.
      Jika kita meyakini otoritas nabi dengan kemaksumannya dan bahwa Al-Quran adalah kitab yang suci, maka kita yakin bahwa kitab ini sudah sempurna sebagai pedoman bagi umat manusia, dan kesempurnaannya telah diperiksa oleh nabi sebelum beliau wafat.
      Dalam konteks penyusunan surat dan ayat dalam Al-Quran, mayoritas ulama sepakat bahwa ini adalah otoritas Nabi Muhammad SAW. Mereka juga meyakini keteguhan Al-Quran. Meskipun ada berbagai pandangan yang berbeda di kalangan ulama yang perlu dibahas satu per satu.
      Dalam hal penyusunan ayat dalam suatu surat, az-Zarkasyi dalam Burhan-nya menyatakan bahwa penetapan ini dilakukan oleh Nabi SAW, dan semua ulama sepakat dalam hal ini. Ini juga didukung oleh hadis yang menyebutkan keutamaan membaca atau menghafal ayat-ayat tertentu dari Al-Quran.
      Selain itu, dalam hal penempatan surat-surat satu sama lain dalam urutan tertentu dalam Al-Quran, ini juga merupakan otoritas Nabi Muhammad SAW. Ada argumen yang mendukung ini, seperti hadis mengenai keutamaan menghafal atau membaca ayat-ayat tertentu dari Al-Quran. Misalnya, hadis yang diriwayatkan oleh Abu Darda' tentang keutamaan menghafal sepuluh ayat pertama surat Al-Kahfi sebagai perlindungan dari Dajjal.
      Namun, dalam penentuan urutan surat-surat dalam Al-Qur'an yang ada saat ini, terdapat berbagai pandangan yang berbeda. Pertama, urutan surat-surat tersebut dianggap sebagai ketetapan otoritas Nabi SAW. Argumen yang mendukung pandangan ini adalah bahwa Jibril AS turun secara bertahap membawa wahyu dalam bentuk ayat-ayat Al-Qur'an kepada Rasulullah SAW, dan Jibril menunjukkan kepada beliau di mana ayat-ayat tersebut harus ditempatkan dalam surat atau ayat-ayat yang turun sebelumnya. Selanjutnya, Rasulullah SAW memerintahkan para penulis wahyu untuk menulisnya sesuai petunjuk tersebut. Rasulullah SAW juga memberikan instruksi tentang tempat yang tepat untuk ayat-ayat tersebut, seperti menyebutkan ini dan itu dalam surat tertentu.