Setelah itu, Pengulu Gawai atau Pengulu Balai segera mengarahkan acara agar diambil alih oleh Penghulu Nikah. Pengulu gawai mengantarkan calon pengantin pria ke hadapan Penghulu Nikah, sementara mempelai pengantin perempuan (mengenakan pakaian terindah yang disiapkan Mak Inang; pentingnya peran Mak Inang agar dapat "memadankan" atau menyerasikan pakaian yang dikenakan oleh pengantin pria) sudah duduk bersama didampingi orangtuanya serta diiringi Mak Inang yang menginangnya (mengasuh serta menjaganya). Kedua mempelai itu disandingkan duduk bersila di atas "kelece" (kasur tipis seukuran sofa) menghadap Penghulu Nikah.
Sebelum Penghulu Nikah memeriksa kedua calon pengantin, terlebih dulu ia meminta kepada majelis yang hadir untuk menyaksikannya (sebagai saksi); melihat dan mendengar kesaksian kedua calon pengantin yang bakal menikah. Maka terlebih dulu calon pengantin pria ditanya secara seksama; mengenai asal, suku, agama, status, juga bakal kewajibannya (misalnya; pada masa silam, jika pria tersebut seorang dari luar Belitong, apakah sudah membayar "tetukun" berupa harta benda sesuai kesanggupan atau secara adat yang sudah ditentukan jumlahnya. Atau misalnya saja keinginan sang calon pengantin Perempuan ingin memakai timbangan berat; bisa berat salah satu anggota badannya atau berat seluruh badannya). Setelah pertanyaan tersebut itu selesai terjawab, selanjutnya giliran calon pengantin perempuan yang menerangkangkan berkait hal tersebut serta kesediaannya dinikahi, juga permintaan mahar terhadap calon suaminya atas menikahi dirinya.
Jika tak ada perihal yang memberatkan dari kedua mempelai, Ijab Kabul pun segera dimulai. Ayahanda perempuan segera menikahkan anaknya kepada pria yang diinginkan anaknya itu.
Sesaat setelah ijab Kabul selesai, pengulu gawai mengisyaratkan kepada lebai segera berdoa, lalu doa syukur segera bersambut ke seluruh majelis hadirin.
Usai ijab Kabul Kabul, pengantin perempuan segera masuk ke kamar pengantin, setelah sekian menit kemudian ia "dijemput" oleh pengantin pria. Tata caranya dipandu oleh Mak Inang; pengantin perempuan yang sudah berada di kamar mesti menghadap dinding membelakangi pengantin pria. Lalu, dari belakang pengantin pria menyentuh kening pengantin perempuan. Ketika sudah disentuh pengantin perempuan wajib keluar dari kamar guna bersanding sebentar dengan pengantin pria.
Setelah bersanding sebentar, pasangan pengantin menyalami semua hadirin dan semua hadirin memberikan "selamat" kepada kedua mempelai. Usai itu, Pengulu Gawai mengarahkan agar "perbahasaan" untuk "betare balik" (Pihak penganten pria segera membawa pulang lagi mempelainya). Acara pamit segera dimulai lagi, wali atau wakil rombongan pengantin pria kembali membuka "perbahasaan" agar mereka diberi izin meninggalkan majelis. Rombongan mempelai pria kembali pulang membawa pengantin pria yang secara adat tak boleh langsung meninap di rumah pengantin perempuan. Rombongan pengantin diantar dengan diarak kembali ke rumahnya.
Hari keenam (Jumat): Rumah mulai dipajang (dihias), termasuk kamar serta ruang dan tempat bersanding pengantin. Hari ini, ada makanan khas yaitu "gangan umbut kelapa" buat menu makan siang para pegawai yang menyiapkan acara gawai. Malamnya, pengantin perempuan mengenakan pacar atau be-inai (mewarnai kuku) pertanda atau menandai dia sudah menikah. Adakalanya pacar baru di kenakan di hari Sabtu sesudah mandi kusul. Di masa lampau, mengenakan pacar dari daun inai, sering juga di lakukan malam hari. Di malam ini, acara ber-inai ada permaianan musik yang pemainnya semua perempuan, musik ini mengiringi tarian juga penarinya perempuan dengan pedendang lagunya juga perempuan. Acara musik dan tarian ini disebut "berinai". Sedangkan di luar rumah di panggong terbuka ada juga permainan musik dengan penarinya, berlantun syair, pantun yang didendangkan, semuanya pria. Permainan musik ini disebut "betiong".
Hari ketujuh (Sabtu): Pada hari ini masakan begawai mulai dimasak semua pemasak yang diarahkan oleh Mak Panggong. Sedang untuk makanan khusus pengantin para pegawai membuat bingke berendam (bahannya telur gula dan santan kelapa kental serta pandan yang direndang hingga berminyak seakan terendam) yang bakal diantarkan khusus buat penganten pria, juga membuatkan makanan Istimewa lainnya buat pengantin pria itu. Makanan hantaran tersebut dimasak dan disajikan secara khusus misal rupa masakan ayam, sayur, dan lainnya dihias indah sedemikian rupa indahnya, ditempatkan didulang penganten yang disebut pahar (dulang kecil berkaki) sedangkan untuk menempatkan jaja' (kue); bingke berendam dan lainnya di semberit (dulang berkaki lebih kecil dari pahar). Makanan ini diantarkan sore hari.
Seperti biasa jika jelang sore, makanan pelepas senja bagi pegawai, membuat bubor dari bahan olahan: itil atau kitil, dawat, dll. Bubu kitil adalah sebutan dari bubur yang terbuat dari tepung; ubi, sagu atau gandum; tepung diolah secara kalis dibentuk potongan kecil-kecil (dikitil) dengan kuah manis bersantan. Di masa masa berikutnya, orang menyebut atau menamai bubur kitil menjadi bubur itil, lalu kemudian menyebutnya bubur kelentit bekanjar. Penamaan ini sungguh membuat bubur ini begitu heboh. Apalagi di masa lampau ada yang mengaitkan ini dengan pengantin yang besok hari bakal ada di pelaminan. Tetapi pendapat itu kurang jelas, karena bisa saja di hari Sabtu di pase gawai itu, bubur yang dibuat adalah jenis bubur lain misalnya bubur dawat yang juga dari tepung. Namun begitulah, konon bubur tersebut dibuat karena mengingat pengantin sudah menikah!
Jelang sore, pengantin perempuan Bekusul (mandi dengan aturan dukun kampong yaitu memakai daun neruse dan tepung tawar; tepung beras), juga Mandi Berias (mandi dengan aturan Mak Inang memakai air tujuh kembang) Selesai mandi kemudian Berandam (nyukor kening). Selesai melakukan semua itu, pengantin dipingit oleh Mak Inang di kamar pengantin.
Jelang sore itu juga, bersamaan penganten perempuan bekusul maka tukang "ngantarek" pengantin pria makanan melakukan tugasnya (selain mengantarkan makanan juga "aik pandik" yaitu air yang sudah dimantrai dukun buat mandi penganten pria di rumahnya, agar esok hari tetap terjaga kesehatannya).