Mohon tunggu...
ian sancin
ian sancin Mohon Tunggu... Novelis - Seniman

Penulis Novel Sejarah Yin Galema.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

MENGGALORKAN TRADISI ADAT BEGAWAI URANG BELITONG (Bag.4)

22 Januari 2025   20:00 Diperbarui: 22 Januari 2025   19:07 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tarian Yin Galema (foto koleksi Reni)

Hari Keempat (Rabu): Hari ini, Mak Panggong sudah memastikan peralatan masak dan makan (peraba atai perabotan) sudah tersedia jika belum harus diusahakan lagi. Dan para "pegawe" hari ini, membuat "dudul" yaitu dodol manis dari tepung beras ketan, gula kabung, serta kelapa. Memasak dudul lamanya berjam-jam. Makan siang bersama memakai dulang bagi para pemasak dudul. Jelang sore hari ada sajian bubur lemak manis berupa buah, biasanya pisang atau labu.  Hari ini juga, Mak Inang sudah menyiapkan calon pengantin perempuan; "Betengas" atau mandi uap dengan rempah-rempah, serta diberi pengetahuan tentang hubungan suami istri serta "ketahanan", kecantikan, serta kekuatan semangat secara batin. Pada umumnya Mak Inang tradisioanal memiliki ilmu kebatinan yang mumpuni. Juga mahir bepantun, besyair, bedendang, dan lainnya (biasanya beliau ikut memimpin acara berinai).

Hari Kelima (Kamis): Di hari ini, Mak Panggong memastikan "peraba" sudah tersedia semua karena sesudah sholat asyar "peraba" sudah tidak boleh didatangkan atau dipinjam lagi dari tetangga. Para "pegawe" menyiapkan makanan untuk "Selamatan Gawai" sesudah asyar.

Usai asyar Selamatan Gawai dibuka oleh pengulu gawai, sebelum Dukun Kampong memimpin "selamatan", pengulu gawai terlebih dulu "mengalu-alukan" (menetapkan sekaligus mengenalkan kepada dukun semua petugas gawai atau para pengawai, dengan begitu mereka yang di alukan sudah syah sebagai pegawai yang memegang amanah gawai) mulai dari Penggulu Gawai sendiri, Tukang Tanak Nasi, Mak Inang, Mak Panggong, Tukang Kaut beras, Tukang Ngabelek dan Nyambut Penganten, serta lainnya, agar diberkati atau diberi kelancaran selama menjalankan gawai (di masa lampau, acara begawai sering diganggu secara magis oleh orang yang tidak suka; misalnya kecemburuan terhadap pengantin atau tersebab lainnya). Selepas selamatan, kemudian Pengulu Gawai membentuk para pegawainya; tukang angkat dulang, penyambut tamu undangan, dan lainnya buat bertugas selama kundangan berlangsung.

Selepas membaca doa selamatan gawai ada makan bersama di dulang sebagai resminya gawai di buka. Ada beberapa Kampong, makanan tersebut mesti dukun kampong dulu yang mencicipinya. Ada juga pembukaan gawai atau selamatan gawai dengan ditandai para hadirin berebut bermacam makanan dalam satu dulang yang sengaja disediakan untuk itu yaitu di Kampong Damar Belitung Timur. Macam makanan itu adalah makanan yang bakal tersaji buat gawai tersebut termasuk "jengkarok" (kerak nasi kering ditumbuk memakai kelapa parut dan lainnya)

              Selepas selamatan gawai, Mak Inang mengatur dan menata ruang tidur pengantin, tugas itu disebut "menggantong" yaitu menggantungkan buah "butun" sebagai kiasan dan hiasan di ranjang pengantin. Mak Inang diberi makanan khusus satu dulang berisi pisang, telur rebus , aruk berete, jengkarok. Pada saat yang sama dukun kampong juga melakukan ritual "ngarong" yaitu mengarung beras sekitar lima kilogram ke dalam karung sumpit (karung terbuat dari lais) beras itu diikat dan baru dibuka ketika nanti selesai begawai, itu sebagai syarat tradisi begawai.

Selepas Isya, Tukang Ngambelek Pengantin beserta orangnya segera bertolak menjemput  mempelai pengantin pria di rumahnya atau di tempat anggorannya (rumah sementara agar tak jauh menjemputnya). Pada masa lampau, para penjemput ini terdiri dari tukang hadra atau tawak-tawak, tukang tandu penganten, tukang payung lilin, tukang gual (penerang obor), bahkan tukang kawal (jawa' jawa').

Mempelai pengantin pria (berpakaian se"jatidiri"nya; Jika ia bangsawan maka pakaian terbaik kebangsawannya) didampingi walinya serta diiringi para keluarga, diarak menuju rumah kediaman mempelai perempuan. Mempelai pengantin pria duduk di atas tandu ditudungi payung lilin. Para pemandu; Pemayung Lilin, Tukang Ngarak, serta Jawa' jawa' hanya sampai di muka pintu. Para pengiring pengantin pria dan walinya masuk ke rumah.

Sesampai di ruang pertemuan, Pengulu Gawai menyilahkan semua hadirin duduk. Setelah semua tertib, dia mengenalkan kehadiran yang datang kepada pihak tuan rumah, juga mengenal pihak tuan rumah kepada yang datang (pihak pengantin pria). Setelah itu Pengulu Gawai menyilahkan kepada wali pihak pengantin pria untuk mengemukakan maksud tujuan kedatangan mereka.

Kemudian wali pihak pengantin pria terlebih dulu menyodorkan tipak sirih pinang seraya mengenalkan kapasitas diri beserta rombongannya dalam bahasa temantun atau pantun atau Bahasa santun lainnya sebagai adat-beradat Urang Belitong, terus disambut wali pihak pengantin perempuan dalam bahasa yang sama. 

Sambut menyambut dalam "perbincangan secara adat" (tradisi santun temantun guna lebih memperjelas bagaimana latar kedua keluarga yang bakal segera menikahkan kedua mempelainya). Zaman lampau, berbincangan seperti ini bisa berlangsung lama karena menunggu waktu ijab kabul yang diminta calon mempelai. Bahkan secara tradisi, di bagian wilayah tertentu misal, di Kampong Aik Lanun Tanjong Kelumpang "perbahasaan" tersebut bisa berlangsung sangat lama karena akad nikahnya secara tradisi baru dimulai jam 12 (duabelas) tengah malam.

Setelah perkenalan dari pihak yang datang (keluarga mempelai pria) tersampaikan ke semua majelis (para undangan yang hadir) kemudian terus ke perbincangan saling merekatkan keluarga, bisa dimulai oleh siapa saja wakil kedua keluarga calon pengantin. Dalam perbincangan itu, keduanya saling merelakan kedua calon mempelai buat menikah dengan tanpa beban dari kedua belah pihak keluarga. Maka sesudah itu, mereka bersalaman seraya mengunyah pinang di ambil dari dalam tipak... sebagai tanda bahwa keduabelah pihak sepakat sepenuh suka cita menikahkan anak mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun