Mohon tunggu...
Ian Hidayat
Ian Hidayat Mohon Tunggu... Penulis - Sedang bercanda cita

Menempuh pendidikan di UIN Alauddin Makassar dengan beasiswa dari orang tua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menjemput Senja

15 Februari 2022   17:00 Diperbarui: 15 Februari 2022   17:14 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Apa yang mempersemai pepohonan Sakura di Negri Jepang pada bulan April?

Apakah mereka bagian siklus fotosintetis terulang secara teratur

Ataukah bagian takdir yang tidak mungkin kita ubah dan kacaukan sehingga menjadi tidak teratur

 

Seperti senjakala yang dengan teratur menenggelamkan matahari di sebelah barat

Menjadi  pengingaat sekedar jadwal pertemuan sebagian umat manusia dengan Tuhannya berharap hidup menjadi lebih teratur

 

Seperti pemberangkatan bis di terminal waktu itu

Jadwal pulang dan perginya selalu teratur

 

Aku seharusnya bukan menjadi orang yang teratur, lebih mencintai chaos dibandingkan dengan aksi massa yang berjalan dengan damai

Yah, tidak salah memang. Aksi demonstrasi memang seharusnya membawa ketidakaturan, terutama pada jalanan yang merupakan akses capital dalam mensupplai barang barangnya.

 

Beruntung pada saat itu, seorang gadis membersamaiku. Membawa kedamaian dan keteraturan duduk manis di ujung lobi menanti setiap bis yang datang secara teratur.

 

Tepat setelah kumandang azan Isya berhenti, secara teratur beberapa bus meninggalkan terminal. Begitu juga gadis itu berjalan kearah berlawanan meninggalkan terminal.

 

Aku lebih memilih menikmati perjalanan menggunakan bus, selain karena cocok dengan saldo mahasiswa rantau juga memang pada saat itu sebagai manusia biasa memerlukan waktu untuk masuk dalam pengasingan di bus itu.

 

Hanya perlu sekedar bercerita pada diri sendiri tentang cita, cinta dan berbagai cerita lainnya.

Bus merupakan salah satu kendaraan bermotor angkutan umum yg besar, dpt memuat banyak penumpang. Secara teratur telah berkrntribusi atas fenomena urbanisasi di Indonesia.

 

Bagaimana kita meramu kata pulang?

Akhir tujuan bus kota yang tak secara teratur kita tuju?

Apakah kita patut menyalakan urbanisasi, atas kepulangan yang secara teratur kita tuju?

 

Seperti orang yang sedang dalam perjalanan, mereka berjalan dengan cara teratur. Namun, pada akhirnya menemukan rumah sebagai pangkal akhir dari tujuan.

Sekarang, bagaimana kita meramu kata rumah?

Seperti mentari di senjakala mengubah langit biru menjadi jingga, kemudian lenyap ditelan gelap.

 

Tidak, tidak, rumah tidak seperti itu.

Dia bukan tempat menghilang, walau pada dasarnya dia menjadi tempat lindung di kala suasana hati sedang mendung

 

Lantas, bagaimana kita meramu kata rumah?

Seperti bus di terminal jam 7 malam, setia tepat waktu memanjakan setiap perantau menemukan jalan lama yang pernah ditempuh

 

Tidak, tidak, rumah tidak sekaku itu.

Walau pada akhirnya dia sajikan kedisiplinan merupakan bentuk cinta pada keteraturan

Jadi, bagaimana rumah itu?

Mungkin, gadis yang duduk manis di ujung lobi menanti setiap bis yang datang secara teratur adalah rumah yang tidak perlu kita tuju.

Ia tidak perlu menjadi rumah yang kita tuju, biar rumah di ujung tujuan bis.

Yang melindungi gadis yang perkenalkan kita pada dunia, menjadi rumah yang kita tuju.

Pada akhirnya, semua rumah akan berkumpul menjadi tempat akhit yang perlu kita tuju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun