Pada awalnya, motivasi para pemain Liubo semata-mata adalah untuk mengasah strategi kognitif dan menyelesaikan masalah dengan cara yang cerdas.
Namun, seiring waktu, motivasi para pemain Liubo mengalami pergeseran drastis menuju kemenangan finansial.
Perjudian terorganisir, yang dilisensikan dan diawasi oleh pemerintah untuk menghasilkan pendapatan, dimulai pada abad ke-15 dengan lotere.Â
Lotere ini kemudian mewabah dan masuk ke tanah air. Sejak saya kecil, perjudian ini sudah ada di warung-warung kelontong pedesaan, termasuk di desa saya.
Saat itu, warung-warung menjual lotere di mana pembeli harus membeli kupon dengan nomor yang menentukan hadiahnya. Sialnya, nomor untuk hadiah utama sering "diamankan" oleh pemilik warung.
Fenomena ini menunjukkan bahwa judi, bahkan sejak dulu, tak lepas dari praktik manipulasi.Â
Pertanyaannya: mengapa penjudi tetap bermain meskipun mereka tahu ada kecurangan?
Mesin judi umum dirancang dengan "logika adaptif", di mana mesin akan "memberikan kembali" lebih banyak kepada pemain dalam periode tertentu sebelum kembali ke sistem normal.Â
Bagaimana cara kerja "logika adaptif" ini?
Misalnya, pada mesin Candy Grabber, cakar penjepit diprogram untuk mencengkeram boneka dengan kuat pada waktu-waktu tertentu, dan di waktu lainnya dengan lemah.Â
Hal ini membuat para pemain merasa bahwa mereka memiliki peluang untuk memenangkan hadiah, mendorong beberapa penjudi untuk "men-skim mesin," maksudnya, mencoba mencari celah dan mencurangi sistem, meskipun itu hanya ilusi. Mereka berharap untuk mendapatkan jackpot pada "saat yang tepat."