Ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Wiji Nurasih, moderator cangkrukan. Ia mengutip wawancara Gus Dur bersama Andy F. Noya dalam acara Kick Andy, di mana Gus Dur diturunkan dari jabatan presiden secara tidak sah.
Gus Dur pada saat itu memiliki kemampuan untuk menggerakkan massa ke Jakarta untuk mempertahankan posisinya. Namun, Gus Dur memilih untuk tidak melakukannya.
Menurut Wiji, ini adalah contoh cara berpikir yang sederhana sekaligus cerdas, serta mengedepankan kepentingan bersama agar tidak terjadi pertumpahan darah.
Dalam puisi Sapardi yang disinggung di muka tulisan, "Aku Ingin Mencintaimu dengan Sederhana," kata "sederhana" memiliki makna yang mendalam. Seperti yang disebutkan oleh Jokpin, sederhana seringkali tidaklah sederhana.
Pertanyaannya adalah, bagaimana hal ini berkaitan dengan Gus Dur?
Gus Dur mungkin bukan seorang pujangga, bukan penulis puisi, atau tidak menulis syair. Namun, dalam laku hidupnya, dalam cara berfikirnya, dan dalam cara dia menyikapi banyak hal, Gus Dur menunjukkan ciri-ciri seorang pujangga.
Dalam buku Ajaran-ajaran Gus Dur, merupakan syarah yang menjelaskan nilai-nilai utama yang dianut oleh Gus Dur, terdapat tiga aspek utama yang berkaitan dengan kesederhanaan.
Pertama, yang paling menonjol adalah pandangan Gus Dur yang menekankan pentingnya melihat segala sesuatu dari segi substansi, tanpa berbelit-belit dan tidak ada gimmik.
Makanya, kita kemudian sering mendengar adegium yang cukup terkenal, "gitu aja kok repot."
Kedua, kesederhanaan bagi Gus Dur adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mencapai zuhud, yaitu sikap merasa cukup dengan apa yang dimiliki.
Ini terbukti ketika, menjelang akhir hayatnya, Gus Dur bahkan harus meminjam uang sebesar lima juta kepada anaknya, Alissa Wahid, meskipun Gus Dur adalah seorang mantan presiden.