Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Redaktur di Gusdurian.net dan CMO di Tamasya Buku. Penulis feature dan jurnalisme narasi di berbagai media.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Perempuan dalam Bayang-Bayang Sejarah: Kekerasan dan Eksploitasi yang Terlupakan

1 Agustus 2023   22:25 Diperbarui: 1 Agustus 2023   22:32 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melalui Dharma Wanita, rezim Orde Baru berharap dapat memperkuat basis dukungan politik dari kalangan perempuan, sekaligus menciptakan citra pemerintahan yang "peduli" terhadap kaum perempuan. 

Rezim Orba di Indonesia sering menggunakan strategi untuk mengondisikan masyarakat seolah-olah selalu berada dalam situasi perang dan menciptakan musuh imajiner sebagai cara untuk mempertahankan kekuasaan dan mengendalikan opini publik.  

Dalam konteks ini, musuh imajiner dapat berupa pihak-pihak yang dianggap mengancam kestabilan dan keamanan negara, meskipun seringkali ancaman tersebut dibesar-besarkan atau bahkan dibuat-buat. 

Apa yang dialami oleh perempuan jauh lebih mengenaskan. Kamp Plantungan di Kendal, misalnya; kamp para tapol perempuan. Berisi tahanan yang dituduh Gerwani tanpa bukti, perempuan bermasalah, ateis, pelacur.

Banyak perempuan, termasuk ibu hamil, ibu-ibu tua, dan pelajar perempuan, mengalami penahanan dan perlakuan yang tidak adil. Bahkan, ada kasus yang sangat mengharukan seperti ibu yang harus mendekam dalam tahanan bersama anaknya yang masih berusia 18 bulan. 

Ada juga Kamp Pengasingan di Pulau Buru dan Pulau Kemarau: terletak di tengah-tengah Sungai Musi. Pulau ini berfungsi sebagai kamp pengasingan bagi tahanan politik dari Provinsi Sumatera Selatan. 

Sayangnya, hampir 90% tahanan politik di kamp tersebut tewas, sebagian besar di antaranya dibunuh.

Eksploitasi seksual dalam praktik interogasi bagi mereka yang distigma Gerwani adalah suatu hal yang menggambarkan kekejaman dan pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan. 

Proses interogasi dimulai dengan pertanyaan menuduh, lalu dilanjutkan dengan tindakan kekerasan fisik dan seksual yang dilakukan oleh para penjaga atau penyelidik. 

Dalam proses interogasi tersebut, para perempuan yang dianggap sebagai anggota Gerwani sering kali dihinakan dan disiksa dengan cara yang sangat kejam. Mereka dituduh tanpa bukti yang kuat dan kemudian ditelanjangi dengan dalih mencari bukti tersembunyi di tubuh mereka. 

Komnas Perempuan bahkan mencatat anak perempuan dari tapol ada yang dijadikan budak seks oleh 3 orang komandan tentara. Korban-korbannya tiga anak gadis berumur 17, 14, dan 16 tahun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun