Roem Topatimassang sendiri menegaskan bahwa, untuk melakukan pengorganisasian tidak ada teorinya, sebab hal tersebut dapat berbeda di setiap waktu dan tempat.
Dalam proses pengabdian, dinilai berhasil jika para volunteer mampu memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan diri mereka sendiri, atau istilah yang dipakai penulis dalam buku ini adalah "mengalihkan tanggung jawab".
Dalam hal ini, manajemen pengetahuan berfungsi untuk melakukan transfer pengetahuan kepada mereka, sehingga masyarakat dapat berjalan secara mandiri tanpa harus bergantung kepada para pengabdi bahkan setelah pengabdi pulang ke daerah asalnya masing-masing.
Pembicara lain dalam webinar ini, yaitu Figo Ari Muhammad, juga berkomentar mengenai diskusi antara program yang keren atau program yang berjangka panjang.
Figo menegaskan bahwa program yang berkelanjutan atau sustainable lebih diutamakan daripada program yang hanya terlihat keren secara sekilas.
Meskipun programnya sederhana, namun jika memiliki keberlanjutan yang baik dan memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat, maka itulah yang menjadi fokus utama.
Pendapat Figo ini dapat dijadikan contoh nyata dari ketekunan dan semangat dalam pengabdian.
Sebagai buktinya, Figo pernah mengalami penolakan sebanyak 20 kali untuk fully funded, namun dia tidak menyerah dan terus berjuang demi merancang program yang berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan.
"Belajar dari kegagalan, riset dulu, identifikasi problem krusialnya apa, kemudian lihat rekomendasi dari program tahun lalu. Tidak perlu bertele-tele saat wawancara, tetap disiplin seperti tepat waktu," kata dia.
"Saat berbicara dalam wawancara, harus berdasarkan data," lanjut Figo.