Mungkin mba Kirana akan bertanya, seharusnya jika kita mengetahui rumah atau keluarga kita mengalami kerusakan, mengapa kita tidak memperbaikinya? Mengapa kita malah melarikan diri ke keluarga lain?
Begini mba, jika motor kita sudah hancur dengan banyak kabel yang putus dan bagian mesin yang rusak, biaya perbaikannya bisa sangat mahal.Â
Tidak semua orang mampu menanggung biaya tersebut, oleh karena itu ada yang memilih untuk membeli kendaraan baru yang lebih hemat biaya perawatan dan memberikan kenyamanan lebih saat dikendarai.Â
Last but not least, banyak yang mengkhawatirkan fenomena ini sebagai brain drain. Brain drain adalah perpindahan kaum intelektual, ilmuwan, dan cendekiawan dari negeri asal mereka dan menetap di luar negeri.
Saya yakin, jika para talenta hebat ini diberikan ruang, dihargai, dan tanpa diskriminasi, bahkan rasisme, mereka akan kembali.
Masih ingat dengan Ricky Elson?
Ricky telah lama menunggu izin untuk mobil listrik buatannya bersama Menteri BUMN Dahlan Iskan. Dia berharap mobil listrik bernama Selo dan Gendhis itu dapat menjadi inspirasi bagi lahirnya mobil listrik buatan anak negeri.
Namun sayangnya, izin untuk mobil listrik tersebut tak kunjung keluar. Bahkan terkesan digantung oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) kala itu.
Jika sudah begitu, memang sebaiknya diaspora dengan talenta hebat tidak perlu pulang. Lebih baik mereka mengabdi di mana pun mereka berada agar dapat memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia, bukan hanya untuk masyarakat Indonesia saja.
***
Jika Anda telah sampai di sini, terima kasih telah membaca. Jangan ragu untuk meninggalkan kritik dan saran di kolom komentar agar saya dapat menulis dengan lebih baik lagi. [Mhg].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H