Tetapi yang bisa saya kendalikan adalah, bagaimana, agar saya bisa menulis artikel ini sebaik dan semampu saya berdasarkan arete atau virtue yang saya miliki.
Contoh lain, kamu tidak akan akan pernah bisa mengendalikan orang lain untuk tidak menjelek-jelekkanmu, tapi yang bisa kamu kendalikan adalah, kamu tidak menjelek-jelekkan orang lain.
Stoisisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat ditemukan dalam hal-hal yang ada di bawah kendali kita. Kaum stoa meyakini bahwa kebahagiaan sejati terletak pada ketenangan batin (peace of mind), bukan pada hal-hal eksternal seperti harta benda, pangkat, atau jabatan (page 42).
Lantas mungkin kamu bertanya, apakah Filsafat Stoisisme mengajarkan apatis atau penolakan terhadap kekayaan duniawi?
Jika kita melihat para filsuf stoa, kita akan menemukan bahwa mereka hidup kecukupan bahkan kaya raya. Beberapa dari mereka adalah politisi senior, pedagang, bahkan Kaisar seperti Marcus Aurelius.
Mereka menganggap hal-hal seperti kekayaan sebagai hal-hal yang indifferent, hal-hal yang tidak berpengaruh terhadap kebahagiaan (page 64). Karenanya, filosofi ini membagi hal-hal indifferent menjadi dua kategori, yaitu preferred Indifferent dan unpreferred Indifferent.
Preferred indifferent adalah hal-hal yang tidak memiliki pengaruh terhadap kebahagiaan kita, tetapi jika ada, ya bagus. Contohnya adalah kekayaan, kesehatan, kecantikan, dan popularitas.
Sementara itu, unpreferred indifferent adalah hal-hal yang juga tidak memiliki pengaruh terhadap kebahagiaan kita, tetapi jika tidak ada, dianggap lebih baik. Contohnya adalah kemiskinan, pandemi.
Epictetus memberikan analogi yang menarik tentang preferred indifferent, seperti harta benda, dengan menggunakan perumpamaan bola dalam permainan sepakbola.
Bola memang penting di dalam permainan sepak bola, tetapi para pemain atau pelatih lebih mementingkan cara mengendalikan bola tersebut, seperti taktik, kualitas permainan, dan bukan bola itu sendiri.
Seperti saat Indonesia memenangkan SEA Games 2023 melawan Thailand beberapa waktu lalu. Kita bahagia bukan karena para pemain bisa membawa pulang bolanya, tapi karena mendali emasnya.