Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Travel Writer

Lahir di Aceh, Terinspirasi untuk Menjelajahi Indonesia dan Berbagi Cerita Melalui Karya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengatasi Kekhawatiran dan Stres: Hikmah yang Dapat Dipetik dari Buku 'Filosofi Teras'

2 Juli 2023   21:39 Diperbarui: 2 Juli 2023   22:03 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filosofi stoisisme mempercayai bahwa segala sesuatu dalam Alam ini saling terkait (interconnected), termasuk segala peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Hal ini mengacu pada pandangan bahwa tidak ada yang terjadi secara terisolasi atau acak dalam dunia ini, melainkan setiap peristiwa memiliki keterkaitan dan konsekuensi yang saling mempengaruhi (page 33).

Kamu bisa membaca tulisan ini adalah hasil dari suatu rangkaian peristiwa yang panjang, bukan sekadar kebetulan semata. 

Misalnya, kamu mungkin bisa membaca tulisan ini karena penasaran dengan buku Filosofi Teras dan melakukan pencarian di Google yang mengarahkanmu ke artikel ini. Atau mungkin juga karena telah membaca artikel-artikel sejenis sebelumnya, atau karena algoritma Kompasiana mengarahkanmu ke sini. 

Ada juga kemungkinan bahwa kamu telah mengikuti akun saya sebelumnya, sehingga mendapatkan akses ke tulisan ini. Semua faktor ini saling terhubung dan mempengaruhi kejadian-kejadian yang membawa kamu sampai pada tulisan ini.

Selain itu, para filsuf stoisisme sepakat pada prinsip fundamental yang disebut dengan "dikotomi kendali" atau dichotomy of control. Epictetus, salah satu tokoh penting dalam filsafat stoa, menyampaikan bahwa dalam dunia ini terdapat hal-hal yang dapat kita kontrol dan hal-hal yang tidak dapat kita kontrol (page 40). 

Dalam prinsip dikotomi kendali dalam stoisisme, hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan banyak sekali, meliputi tindakan orang lain, opini orang lain, serta segala sesuatu yang berada di luar diri kita, seperti kekayaan, ketenaran, kesehatan, etnis, cuaca, dan lain sebagainya. 

Banyak dari kita sering kali mengunggah sesuatu di media sosial dengan harapan mendapatkan banyak likes, views, dan meningkatkan jumlah pengikut. 

Epictetus menyebut bahwa hal-hal yang berada di luar kendali kita itu "bagaikan budak ... dan milik orang lain". 

Ketika kita terus-menerus berusaha menyenangkan orang lain, memenuhi harapan mereka, mencari persetujuan, dan mencari sebanyak mungkin likes dan views, kita tanpa sadar terperangkap dalam perbudakan opini orang lain. Inilah sumber ketidakbahagiaan.

Sementara itu, hal-hal yang berada di bawah kendali kita justru terbatas, seperti pertimbangan (judgment) kita, opini kita, keinginan kita, persepsi kita, tujuan kita, dan nalar kita. 

Saya tidak bisa mengendalikan pendapat orang lain (kamu) tentang artikel ini, tidak bisa juga mengendalikan apakah yang akan kamu komentari terhadap artikel ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun