Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, dalam kosmologi Islam, cinta perempuan melahirkan ketaatan, sementara ketaatan laki-laki akan melahirkan cinta. Inilah perbedaan mendasar yang menjadi landasan dalam hubungan antara Ali bin Abi Thalib dengan Sayyidah Fatimah.
Sayyidah Fatimah dan Imam Ali menjadi contoh teladan dalam membangun sebuah rumah tangga, bukan hanya bagi umat Islam tetapi juga bagi seluruh umat manusia.
Pernikahan mereka memberikan gambaran tentang bagaimana mahabbah (cinta yang penuh kasih dan pengertian) tumbuh dari ketaatan dan kecintaan.
Orientasi mahabbah ini berbasis pada pendidikan spiritual. Cinta, adalah sesuatu yang tidak dapat didefinisikan, memiliki sifat ruhaniah dan spiritual. Ketika suatu "perasaan" dapat dijelaskan secara definisi, itu bukanlah cinta, melainkan "kalkulasi."
Kalkulasi sendiri bersifat materialistik dan dapat hilang karena faktor-faktor tertentu.
Oleh karena itu, jangan heran seperti yang telah disinggung di awal tulisan, banyak orang mengalami perceraian karena mereka tidak mampu membawa "mahabbah" ke dalam rumah tangga mereka, karena pernikahan mereka tidak didasarkan pada dimensi spiritual, melainkan hanya dimensi fisik semata.
***
Jika Anda telah sampai di sini, terima kasih telah membaca. Jangan ragu untuk meninggalkan kritik dan saran di kolom komentar agar saya dapat menulis dengan lebih baik lagi. [Mhg].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H