Kedua, penting untuk mendorong kreativitas dalam pendidikan. Hal ini berarti tidak hanya fokus pada aspek kognitif semata, tetapi juga melihat masalah secara komprehensif.Â
Permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan nyata sangat kompleks dan melibatkan berbagai variabel yang saling terkait. Bukan sekadar siapa presidennya dan siapa wakilnya, semua masalah akan teratasi.
Pendidikan yang efektif haruslah bersifat integratif dan tidak terpaku pada ego sektoral yang sempit.Â
Seorang calon pemimpin bangsa tidak hanya perlu menguasai ilmu politik saja, tetapi juga ilmu-ilmu lain yang terintegrasi, seperti sosiologi, antropologi, dan disiplin ilmu lainnya. Selain itu, pemimpin juga harus memiliki pemahaman yang baik tentang sejarah perjalanan bangsa.Â
Ketika pemimpin memiliki pemahaman yang mendalam tentang ilmu politik, mereka dapat memahami sistem politik, struktur kekuasaan, dan mekanisme pengambilan keputusan.Â
Namun, untuk memahami kondisi sosial, budaya, dan nilai-nilai yang membentuk masyarakat, pemahaman dalam bidang sosiologi dan antropologi sangatlah penting. Ilmu-ilmu ini membantu pemimpin dalam memahami dinamika sosial, keragaman budaya, dan interaksi sosial yang dapat mempengaruhi kebijakan dan pengambilan keputusan.Â
Selain itu, pemimpin yang memahami sejarah perjalanan bangsa akan dapat melihat pola-pola historis, belajar dari kesalahan masa lalu, dan menerapkan kebijakan yang sesuai dengan konteks sejarah.Â
Semangat seperti itu merupakan harapan yang diutarakan oleh Bung Karno, bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam membangun sifat integrasi pengetahuan. Sifat integrasi ini tidak bersifat sektoral, yang berarti pendidikan tidak boleh mengabaikan aspek-aspek lain yang relevan.
Pendidikan memang memiliki hubungan erat dengan berbagai jenis kecerdasan, seperti Intelligence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), dan Transcendental Quotient (TQ) atau kecerdasan spiritual.Â
Indikator kecerdasan bukan hanya sebatas pengetahuan yang dimiliki seseorang, tetapi juga meliputi kemampuan empati dan pemahaman yang mendalam terhadap aspek-aspek manusia yang lebih dalam.Â
Meskipun teknologi seperti mesin pencari Google memiliki kemampuan besar dalam menyimpan dan mengakses informasi, serta dapat melakukan tugas-tugas tertentu dengan tingkat keakuratan yang tinggi, namun apakah kecerdasan buatan ini mampu menyentuh aspek-aspek terdalam dari diri manusia?Â