Berikutnya metode pelepasliaran perlu disempurnakan. Sebelum dilepasliarkan bagaimana burung tersebut agar dilatih terlebih dahulu di kandang pra liar. Burung dilatih adaptasi cuaca, pakan alami bahkan dilatih menghadapi predator alami seperti ular, burung alap-alap.
Tentu yang tidak bisa diabaikan adalah di sisi dukungan dari masyarakat penyangga taman nasional dan masyarakat luas umumnya. Selama ini masyarakat penyangga dianggap turut andil menurunkan populasi burung di alam.
Pihak Taman Nasional Bali Barat bekerja sama dengan Balai KSDA Bali kemudian membina dan memfasilitasi perijinan penangkaran Jalak Bali di Desa Sumberklampok, desa penyangga terdekat dengan habitat alami Jalak Bali.
Di Desa Sumberklampok diberikan izin penangkaran Jalak Bali kepada kelompok yang dinamakan Kelompok Penangkar Jalak Bali Manuk Jegeg. Asal usul indukan penangkaran ini berasal dari pinjaman indukan dari APCB. Penangkaran ini berkembang dan berhasil, bahkan saat ini jumlah burung Jalak Bali yang ada di penangkaran ini mencapai 65 ekor. Itu yang masih tersisa, karena beberapa di antaranya sudah berpindah tangan.
Kembali ke populasi Jalak Bali di alam. Setiap tahun pihak taman nasional melepasliarkan burung ini. Baik yang berasal dari APCB maupun dari penangkaran taman nasional sendiri. Data dari taman nasional, secara bertahap sejak 2011 sampai 2019 telah dilepaskan sekitar 490 ekor Jalak Bali di alam.
Jumlah populasi Jalak Bali di alam setelah dilakukan pelepasan awalnya sempat mengalami fluktuasi. Evaluasi segala hal terus dilakukan. Dampaknya kemudian semenjak 2012, jumlah populasi Jalak Bali di alam mengalami tren peningkatan.
Pada bulan Juli tahun 2020, dari hasil monitoring jumlah jumlah populasi Jalak Bali di alam liar Taman Nasional Bali Barat sudah mencapai 355 ekor! Apakah itu semuanya burung dari pelepasliaran? Tidak. Saat ini tercatat 117 ekor Jalak Bali dari 355 ekor yang teramati di alam adalah merupakan anakan. Anakan hasil perkembangbiakan alami.
Perkembangan Jalak Bali di luar habitat atau ek situ saat ini juga mengalami peningkatan luar biasa. Saat ini sudah ribuan burung Jalak Bali ada di ex situ. Data dari Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, saat ini tercatat penangkar yang telah berizin diantaranya Jawa Tengah dengan 252 pemegang izin, Jawa Timur 31, Yogyakarta 21, Bali 16, Jabar 12, dan Jakarta satu orang.
Dari sisi harga pun di pasaran sangat jauh menurun, di era tahun 2000 an, harga satu ekor Jalak Bali yang bisa mencapai 20 - 40 juta seekor, saat ini harganya hanya mulai dari 3 juta itupun sepasang.
Apakah dengan kondisi sudah dianggap berhasil dan program konservasi Jalak Bali sudah selesai? Kalau dilihat dari jumlah populasi bolehlah dibilang berhasil. Tahun 2006 populasi Jalak Bali sempat Nol, kemudian di tahun 2020 menjadi 355 ekor tentu keberhasilan yang patut diapresiasi. Selain di alam, di penangkaran Jalak Bali yang dikelola taman nasional saat ini (Juli 2020) jumlah Jalak Bali ada 391 ekor.
Tantangan ke depan akan selalu ada. Pertama, kondisi saat ini keragaman genetik burung Jalak Bali kecil. Pelepasliaran burung Jalak Bali ke depan harus benar-benar selektif.Â