Mohon tunggu...
I MadeSuardika
I MadeSuardika Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Guru Sekolah Dasar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri di Hari Kajeng Kliwon

25 Januari 2022   20:11 Diperbarui: 25 Januari 2022   20:14 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Usssst...! Oh,Hyang Widhi, hamba berterimakasih atas ridho-Mu, ponakanku sudah siuman malam ini!" bisikku dalam hati.

Malam itu Tu Aji minta dibuatkan sesajen berupa segehan kepelan hitam, putih, merah dan kuning, serta dagingnya bawang- jahe untuk disuguhkan kepada Butha Kala.

Sehabis menghaturkan segehan, kemudian sedikit bersenda gurau ngalor ngidul serta minum kopi hangat yang terhidang. Suasana terasa akrab. Diikuti tawa canda riang memecah suasana malam yang sepi.

Tidak terasa malam mendekati dini hari. Tu Aji Mangku bincang-bincang sebentar sama kakek. Sejenak beliau membisikkan sesuatu ke telinga kakekku. Entah apalah yang dibicarakannya. Aku kurang jelas mendengarnya. Karena memang Aku duduk berjauhan. Sambil beliau dan Aku sesekali minum hidangan kopi hangat serta penganan, beliau berpesan kepada kakekku.

"Jaga cucumu baik-baik, ya, Bapa!", pesan Tu Aji Mangku.

Kakek menganggukkan kepala, mengiyakan pesan beliau. Setelah hidangan kopi terminum. Tu Aji minta pamit pada keluargaku.Tak berlama-lama, beliau pun pamitan untuk kembali ke jeronya(rumah) ke desa Wukirsari.

"Tu Aji, mari tiang antar ke Jero, ya!" Kakek menawarkan diri untuk nganternya.

"Gak usah Bapane, Aku sendirian aja!" begitu kata beliau singkat. "Kasihan kali Bapa jauh-jauh jemput Tu Aji. Yang penting jaga dan rawat cucu Bapane di pondok baik-baik!

Sebelum beliau beranjak dari tempat duduknya, kakek berkata."Tu Aji...!" kakek menyela. " Terimakasih, atas pertolongan Tu Aji. Kalau dak Tu Aji bersedia datang, gemana pula nasib cucuku yang semata wayang ini. Saya gak tahu harus berbuat apa, lagi pula tak mampu berbuat banyak,Tu Aji!" ujar Kakek merendah.

Belum  selesai perkataan kakekku, Tu Aji Mangku pun segera memotong ucapan Kakek.

"Jangan berkata begitu,Bapa. Berterimakasihlah kepada Hyang Widhi/Tuhan Mahakuasa, karena atas ridho-Nya cucumu bisa siuman malam ini!". Sambil menepuk-nepuk bahu Kakekku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun