Tapi mesti dibalikkan kemana?
Tadi Alan berniat kasih ke Satpam di Halte Busway. Tapi takutnya malah gak sampai pada yang berhak. Kasihan yang kehilangan kan.
Bruukk!
Langkah Alan terhenti karena  nabrak seseorang. Seorang cewek. Manis juga. Kayak cewek yang ditemui di Busway tadi. Tapi yang ini lebih manis.
Karena, terus terang, Alan udah naksir cewek ini sejak SMP. Walau tak kunjung berani mengutarakan perasaannya.
Namanya Atiek, berambut sebahu, kulitnya kuning, tampangnya lembut keibuan dengan pandangan mata nan teduh. Duhh... Betul-betul membuat Alan tak berdaya.
O ya, Atiek  emang teman sejak SMP. Nggak tau kenapa, kok Alan bisa ketemu lagi di kampus biru ini. Moga-moga jodoh. Begitu harap Alan yang selalu di Semoga kan.
Adegan tubrukan tak sengaja tadi tidak membuat buku-buku yang dibawa Atiek jatuh berserakan, lalu mereka berdua merunduk dan memungut bareng, selanjutnya saling pandang kayak adegan di banyak film dan sinetron. Tidak ada adegan itu!
Karena Tatik tidak bawa banyak diktat kayak jaman ORBA, Orde Bubar, yang mengharuskan mahasiswa membawa banyak buku dan diktat untuk bahan kuliah, sehingga bisa dipakai bahan untuk mempertemukan dua insan di skenario sinema.
Sekarang cukup bawa Tablet dan atau laptop, karena mata kuliah banyak yang diberikan dalam bentuk file digital.
Yang ada Tatik terperangah karena baru saja 'kontak fisik' dengan sosok yang tingginya beberapa puluh sentimeter diatasnya.