Alan mengambil gadget mahal itu, " Mbak, handphone-nya jatuh. "
Alan mengangsurkan iPhone itu pada seorang cewek berambut sebahu, dengan aroma CK semerbak wangi nan segar, sangat cocok kalau dia memiliki benda yang jadi idaman sebagaian besar pecinta gadget itu.
" Ah, lu becandanya bisa aja," Si mbak itu mengibaskan tangan di depan wajah cantiknya sambil tersipu.
" Lho, ini bukan punya situ?"
" Iya mas, saya tau itu handphone mahal, tapi jangan gitu cara pamernya!"
Serius, jantung Alan berdegub kencang.
" Maaf pak, ini handphone bapak?" Alan menunjukkan pada bapak yang duduk di bangku samping tempatnya berdiri. Walau agak ragu. Karena dari penampilannya kurang meyakinkan.
Bapak itu cuma menggeleng sambil tersenyum.
Sampai turun di Halte depan kampus pun, tak ada yang mengakui. Alan melangkah santai. Dalam hati, tak ada niat sedikitpun niat memiliki benda itu.
Buat apa?
Kalau pun mau, toh Alan bisa beli. Tapi Alan menilai terlalu mahal membelanjakan duit 22juta hanya untuk sebuah handphone yang fungsinya sama dengan handphone lain seharga sepersepuluhnya.