Dengan kata-kata terakhirnya, Penjaga Hutan menghilang kembali ke dalam kegelapan hutan, dan angin yang tadinya kencang kini mulai mereda. Aria berdiri sendirian di depan menara, merasa tanggung jawab besar di pundaknya.
Dia memulai pencarian di sekitar menara, mencari petunjuk tentang pintu rahasia yang disebutkan. Setelah beberapa saat mencari, dia menemukan sebuah bagian dari dinding menara yang tampaknya berbeda dari yang lainnya. Dengan hati-hati, Aria memeriksa dinding tersebut dan menemukan sebuah mekanisme tersembunyi. Dengan sedikit usaha, dia berhasil membuka pintu rahasia tersebut.
Di dalamnya, terdapat sebuah ruangan kecil dengan rak-rak yang dipenuhi dengan buku-buku tua dan artefak kuno. Di tengah ruangan, terdapat sebuah meja batu dengan sebuah gulungan gulir di atasnya. Aria membuka gulungan itu dan menemukan instruksi dan petunjuk yang akan membantunya dalam pencariannya.
Petunjuk tersebut menggambarkan berbagai lokasi di hutan dan tantangan yang harus dihadapinya. Aria merasakan semangat dan rasa tanggung jawab semakin besar. Dia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi dia siap menghadapi semua tantangan yang akan datang.
Dengan persiapan yang matang dan tekad yang bulat, Aria meninggalkan menara dan memasuki kembali hutan. Dia memulai petualangannya, siap untuk menghadapi berbagai tantangan yang akan membawanya lebih dalam ke dalam rahasia Hutan Ajaib.
Bab 3: Misi Pertama
Aria berdiri di depan pintu rahasia yang baru saja dia buka, menggenggam peta kuno yang diberikan oleh Penjaga Hutan. Cahaya matahari yang lembut menerobos celah-celah di antara daun-daun pohon, menyinari jalannya yang mulai memasuki bagian hutan yang lebih dalam. Peta itu menunjukkan bahwa lokasi pertama untuk menemukan kristal adalah Gua Kegelapan, sebuah tempat yang dikenal sebagai salah satu lokasi paling misterius dan menakutkan di Hutan Ajaib.
Aria memeriksa kembali barang-barangnya---sebotol air, potongan roti, obor, dan peta. Setelah memastikan semuanya ada, dia melangkah ke dalam hutan yang semakin gelap. Suara binatang hutan, seperti burung dan serangga, menggema di sekelilingnya, menciptakan suasana yang tenang namun penuh misteri. Meskipun Aria merasa agak cemas, dia tetap melangkah maju dengan tekad yang kuat.
Perjalanan menuju Gua Kegelapan tidaklah mudah. Hutan semakin lebat, dan jalan setapak yang semula jelas, perlahan-lahan memudar menjadi jalur-jalur kecil yang hampir tak terlihat. Pohon-pohon yang semakin padat membuat cahaya matahari sulit menembus, menciptakan suasana yang seolah-olah waktu berhenti di dalam hutan. Aria mengikuti petunjuk di peta yang menunjukkan bahwa gua tersebut berada di sisi barat laut hutan, dikelilingi oleh pohon-pohon yang sangat tua.
Setelah beberapa jam berjuang melawan rintangan alam seperti semak berduri dan akar pohon yang menjalar, Aria akhirnya sampai di mulut gua. Gua itu tampak menakutkan, dengan pintu masuknya yang gelap dan diapit oleh dinding batu yang licin. Di depan gua, terdapat sebuah batu besar yang tampaknya telah bertahun-tahun ditinggalkan. Aria memutuskan untuk berhenti sejenak dan memeriksa peta lagi. Petunjuk di peta mengatakan bahwa gua ini adalah tempat yang penuh dengan teka-teki dan jebakan yang harus diatasi untuk mencapai kristal.
Aria menyalakan obor dan memasuki gua dengan hati-hati. Gelapnya gua membuat suasana menjadi semakin mencekam. Setiap langkah yang diambil Aria mengeluarkan gema yang menggema jauh ke dalam gua. Dinding gua yang basah dan licin membuat Aria harus berhati-hati agar tidak tergelincir. Suara tetesan air yang perlahan-lahan menetes dari atap gua menciptakan ritme yang menenangkan tetapi juga mengingatkan akan bahaya yang mungkin ada di dalam.