Mohon tunggu...
Yusri Arzaqi
Yusri Arzaqi Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel dan Cerpen

Halo! Saya adalah seorang penulis cerpen yang terpesona oleh dunia fantasi, horor, dan misteri. Setiap cerita yang saya tulis menjadi sebuah jendela ke dalam imajinasi gelap yang penuh dengan keajaiban dan ketakutan. Dengan setiap kalimat, saya menciptakan dunia-dunia baru yang memikat pembaca untuk menjelajahi alam gaib, merasakan ketegangan yang mencekam, dan memecahkan misteri yang menggoda. Saya percaya bahwa dalam kegelapan dan keajaiban itulah kisah-kisah paling memikat terbentuk, dan saya bersemangat untuk terus berbagi cerita-cerita yang dapat menggetarkan jiwa dan membawa pembaca pada perjalanan yang tak terlupakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjanjian dengan Penjaga Hutan Ajaib

21 Juli 2024   21:29 Diperbarui: 22 Juli 2024   19:48 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aria merasa tenggorokannya kering. "Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu?"

Penjaga Hutan menatap Aria dengan serius. "Ada lima kristal ajaib yang tersebar di seluruh hutan. Masing-masing kristal ini menjaga keseimbangan kekuatan magis. Untuk menyelamatkan hutan, kamu harus menemukan dan mengumpulkan kelima kristal tersebut. Ini adalah tugas yang tidak mudah, tetapi hanya dengan keberanian dan tekad, kamu bisa menyelamatkan hutan."

Aria merasa berat tanggung jawab ini, tetapi dia juga merasa semangat dan tekadnya semakin membara. Dia mengangguk dengan penuh keyakinan. "Saya akan melakukan apa saja untuk membantu hutan ini."

Dengan peta kuno yang diberikan oleh Penjaga Hutan dan tekad yang kuat, Aria memulai petualangan pertamanya di dalam Hutan Ajaib. Tidak ada yang tahu apa yang akan menunggunya di dalam hutan, tetapi Aria tahu bahwa dia harus melawan segala rintangan dan tantangan untuk menyelamatkan hutan yang sangat dia cintai.

Bab 2: Penjaga Hutan

Aria melangkah masuk ke dalam area terbuka di mana menara batu kuno berdiri. Suasana di sekitar menara terasa sangat berbeda dibandingkan dengan bagian hutan lainnya. Di sini, tanaman-tanaman berwarna-warni yang biasanya tumbuh liar tampak lebih rapi, seolah dirawat dengan penuh perhatian oleh tangan-tangan yang tak terlihat. Sehelai lumut hijau cerah menutupi dinding-dinding menara, dan air hujan yang menetes dari dahan-dahan pohon di sekitarnya membentuk kolam kecil di sekitar kaki menara.

Angin berhembus lembut, menciptakan suara melodi yang menenangkan. Namun, saat Aria mendekati menara, suasana tiba-tiba berubah. Langit di atasnya mendung dan angin bertiup kencang, seolah-olah hutan merespons kedatangan sosok misterius yang baru saja muncul. Kegelapan menyebar dengan cepat, dan Aria merasa seolah-olah waktu berhenti sejenak.

Dari kegelapan hutan yang semakin dalam, muncul sosok berjubah hitam yang berdiri dengan anggun. Jubahnya berkilauan dalam kilatan cahaya yang melintasi awan, dan tudungnya menutupi wajahnya, membuatnya tampak semakin misterius. Langkah sosok tersebut sangat lembut, tetapi setiap langkahnya terdengar seperti dentingan lonceng dari kejauhan. Suara gemuruh angin semakin kuat seolah menyambut kehadirannya.

Aria berdiri kaku di tempatnya, merasa gabungan antara kekaguman dan kecemasan. Sosok itu berhenti di depannya dan mengangkat tudungnya, memperlihatkan wajah yang tampak agung, dengan mata yang berkilau seolah menyimpan ribuan tahun pengetahuan. Wajahnya terlihat tenang dan bijaksana, seperti seseorang yang telah hidup sangat lama dan telah menyaksikan banyak peristiwa bersejarah.

"Selamat datang, Aria," kata sosok tersebut dengan suara yang penuh kehangatan, namun juga memiliki nada kekuatan yang mendalam. Suaranya seolah berasal dari dalam hutan itu sendiri---suara yang bercampur dengan bisikan daun dan gemericik air.

Aria tertegun sejenak. "Siapa Anda? Bagaimana Anda tahu nama saya?" tanyanya dengan hati-hati, suaranya sedikit bergetar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun