"Iya, benar. Presentasi mulu, dianya udah nggak menjelaskan."
"Kan ada proses diskusi sama gurunya setelah presentasi itu."
"Sama saja, siswanya juga yang disuruh jawab pertanyaan."
Nah kan, begitulah pembahasan tentang guru itu tidak pernah habis. Kukira itu akan usai seiring pendidikan makin meningkat. Tapi tidak akan tergantikan kemuliaan sosok guru di hatiku. Guru-guru di sini sangat muda. Bahkan mereka disapa kak, makin akrab saja aku dengan guruku itu. Mereka sangat asyik dan senang diskusi.Â
"Udah gak usah terlalu dipikirin, tugas kamu itu belajar dengan baik." Ucap salah satu guruku yang menyemangati karena aku selalu mendapatkan teguran dari keterlambatan datang ke sekolah akibat jarak rumah yang jauh dan pembayaran sekolah yang kian menumpuk.Â
Teman-temanku kini tidak banyak bicara, mereka lebih sibuk dengan gadget mereka masing-masing. Canda tawa sudah sulit didengarkan. Makanya tidak jarang para guru selalu mendatangi kami dan membahas banyak hal, kami selalu berdiskusi, hal yang sangat kusenangi. Tapi ada kalanya mereka berkumpul dan terjadi pembicaraan juga di antara mereka.Â
"Sekarang belajar itu tidak hanya dari guru saja, dari gadget juga bisa."
"Iya, materi, ilmu, sudah bisa diakses dari banyak sumber. Kalau guru yah, perannya sudah sedikit berkurang."
"Tapi kan tanpa guru juga bingung mau belajar tentang apa. Nah guru itu sekarang sebagai arah yang nunjukin gitu."
"Pokoknya internet pahlawan belajarku."
Masih saja berlanjut, sepertinya hal ini yang tidak berubah dari teman-temanku sejak SD. Tapi bagiku guru adalah seseorang yang memberikan jasanya tanpa perhitungan. Dan apapun yang diberikan tidak akan pernah bernilai pembayaran atas upah jasa itu. Karena jasa yang diberikan sangat mulia dan setulus hati.Â