Mohon tunggu...
Marselia Ika
Marselia Ika Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis lepas

Introvert yang senang menulis, mendengarkan musik dan mengamati.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berdamai dengan Kekecewaan dan Kenyataan

19 Mei 2023   16:15 Diperbarui: 20 Mei 2023   00:13 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berdamai dengan diri sendiri (Sumber: Pongtep Chithan via parapuan.co)

Bagaimana seseorang bisa begitu kuat menghadapi kenyataan? Saat realita justru menghadirkan kekecewaan yang dalam, mampukah diri menciptakan dunia yang positif untuk melangkah maju?

Syahdan, di sebuah perusahaan tersebar kabar bahwa sang owner akan membuka bisnis baru, sebuah sister company.

Rumor ikut bergema, ‘katanya’ pemilik perusahaan akan menarik beberapa karyawan untuk mengisi posisi strategis di perusahaan yang baru tersebut.

Fulan seorang supervisor, telah bekerja selama 8 tahun. Ia merasa inilah waktunya, ia layak mendapatkan promosi. Target KPI (Key Performance Indicator) setiap bulan selalu terpenuhi. 

Harapan besar untuk dipromosikan, menempati jabatan yang lebih tinggi atau gaji yang lebih baik di perusahaan yang katanya lagi, disokong modal yang besar.

Singkat cerita, 4 bulan kemudian perusahaan mengumumkan 3 orang akan dimutasi ke perusahaan yang baru.

Layaknya sebuah perpisahan, makan-makan bersama pun digelar oleh 3 karyawan tersebut bersama rekan-rekan satu divisi.

Kedamaian suatu yang mahal, ciptakan dunia positif untuk memupus kekecewaan. Pixabay/Sasin Tipchai
Kedamaian suatu yang mahal, ciptakan dunia positif untuk memupus kekecewaan. Pixabay/Sasin Tipchai

Fulan memang disana, malangnya bukan ia yang mengadakan acara. Fulan bersama rekan lainnya memberikan selamat pada salah satu supervisor, yang diangkat menjadi manajer di perusahaan baru. 

Menariknya, bagi Fulan supervisor ini masih junior, baru 3 tahun menjabat. Saat Fulan sudah duduk di posisi supervisor, pria muda ini baru menjadi karyawan kontrak. 

Wajahnya penuh senyum saat menjabat tangan ‘juniornya’ ini. Ucapan selamat memang keluar dari lisannya. Namun, egonya tidak terima, hatinya berteriak bahwa ia yang lebih pantas.

Bisikan-bisikan setan pun dianggap sebagai kata-kata hati. Rasa kecewa sudah membungkus hatinya. Pikirannya menjadi keruh, semangat bekerja hilang. Fulan yang dulu karyawan yang teladan sekarang menjadi karyawan ‘tenggo’. 

Ini hanya satu contoh kejadian disekitar kita, dan masih banyak peristiwa serupa tapi tak sama terjadi. Tidak mudah menelan pil pahit bernama kenyataan.

Bahaya terlalu larut dalam kekecewaan

Tidak sedikit orang yang stress, depresi, bahkan memilih bunuh diri saat menghadapi realita yang mengecewakan.

Berbagai kejadian dan keputusan yang salah atau keliru menjadi penyesalan yang mendalam dan selalu terbayang. 

Kesalahan atau kejadian di masa lalu pun kerap menghantui. Betapa tersiksanya hidup seperti ini.

Ketika angan dan mimpi sudah terlanjur menciptakan ilusi, bahwa semua berada dalam genggaman dan kontrol kita. Harapan sudah keburu membumbung tinggi, saat realita menghempas, jatuhnya teramat sakit.

Fisiknya tidak terluka, tetapi mentalnya berdarah-darah. Sehingga tidak jarang ada yang memilih opsi menyakiti diri, sebagai pelampiasan untuk menutup rasa sakit di dalam dada dan kepala. 

Alih-alih mencari tenaga profesional untuk merawat luka di hati dan pikiran. Karena malu, anggapan bahwa orang yang berkunjung ke psikolog atau psikiater adalah mereka yang menjalani tes atau orang yang beranjak gila, terlalu melekat di benak masyarakat.

Ditambah lagi, tidak semua orang punya akses dan pemahaman untuk mengunjungi tenaga kejiwaan profesional.

Jika ia rasa pusing dan nyerinya sudah terlewat batas dan tidak tertahan, maka bunuh diri menjadi pilihan untuk mengakhiri semua penderitaan.

Lalu, bagaimana caranya seseorang dapat menerima kenyataan dan mulai berdamai dengan keadaan, kemudian menciptakan dunia positif untuk melangkah maju. Berikut poin-poin penting yang dapat kita lakukan:

1. Menerima diri sendiri

Sebagian orang belum menyadari betapa besar kekuatan dari menerima diri sendiri. Ikhlas dan bersedia menerima keadaan diri sendiri, termasuk semua cacat dan ketidak sempurnaan yang kita miliki, merupakan poin penting dalam menghadapi kenyataan.

Menerima segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari proses. Dan kesalahan yang kita perbuat adalah sesuatu yang normal dan dibutuhkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Manusia tidak sesempurna itu sehingga bisa meraih apapun yang ia inginkan. Kadang kita terlalu keras dan memberikan ekspektasi tinggi untuk diri sendiri. 

Kita mengira setelah bekerja keras, kita dapat menggenggam apapun yang kita impikan. Namun, kenyataan tidak semudah itu. Banyak faktor diluar diri yang mempengaruhi kehidupan.

Belajar untuk menerima kenyataan memang berat, tetapi ini adalah langkah penting untuk menaklukan frustasi dan berdamai dengan diri sendiri.

Ketika kita bisa mengakui kenyataan sebagaimana adanya, daripada kenyataan yang kita impikan, maka sejatinya disaat itu kita telah membebaskan diri dari beban frustasi dan kekecewaan.

Menerima diri sendiri bukan pula berarti kita menyerah dengan keadaan atau impian. Namun, disaat ini kita mengakui keadaan dan situasi yang terjadi di sekitar, lalu bekerja sesuai kapasitas yang kita miliki.

2. Terhubung kembali dengan Tuhan

Beban dunia ini terlalu berat untuk ditanggung sendiri kawan. Jika anda tidak punya seseorang untuk berbagi permasalahan atau beban bersama, mengapa tidak mencoba untuk pasrah kepada Tuhan?

Bukankah setiap agama mengenal kata doa? Setiap agama mengajarkan pemeluknya untuk meminta pertolongan kepada Tuhan. 

Di dalam Islam sendiri, ada sebuah ayat populer yang berbunyi, “Mintalah kepadaKu (Allah), niscaya akan Kukabulkan.”

Lalu, semua muslim berdoa dalam shalatnya, “KepadaMu-lah aku beribadah dan kepadaMu-lah aku meminta.”

Inilah sejatinya saat kita meluapkan semua beban dalam dada dan kepala, mintalah semua jalan keluar, baik itu urusan fisik atau mental, agar hidup menjadi tenang.

Bukankah seorang bayi tidak bekerja? Ia hanya berusaha semampunya, menangis dan merengek, Allah-lah yang memberikannya rezeki lewat kedua orang tua.

Umat nabi Musa tidak pernah tahu bahwa laut yang menjadi jalan buntu saat mereka dikejar tentara Firaun akan terbelah, mereka hanya punya keyakinan dan sikap pasrah saja saat itu. 

Lalu, kisah mereka menjadi legenda, diabadikan dalam berbagai kitab suci dan diceritakan turun-temurun hingga akhir zaman kelak.

Terhubung kembali kepada Tuhan dengan beribadah. Dengan sebenar-benarnya ibadah, bukan hanya ritual, tetapi sambungkan jiwa kepada Tuhan dengan memahami apa yang anda kerjakan.

3. Lepaskan penyesalan di masa lalu dan kekhawatiran masa depan

Semua manusia yang hidup akan berbuat salah. Itu satu fakta tak terbantahkan, tetapi kadang timbul penyesalan yang terasa membebani diri seumur hidup. Entah itu karena perbuatan yang kita lakukan atau keputusan yang telah kita buat di masa lalu, tetapi terlalu lama bergumul dengan rasa penyesalan akan menghambatmu untuk maju.

Terlalu mengkhawatirkan masa depan juga tidak bagus dan menambah beban pikiran. Apa yang kita khawatirkan belum tentu terjadi. Ketika anda membiarkan perasaan ini berlama-lama, maka anda kehilangan momen sekarang.

Akui kesalahan, belajar dari situ, dan mulailah fokus pada masa sekarang.

4. Memaafkan diri sendiri

Saya dan anda, tidak akan pernah mendapatkan kedamaian jika terus menghakimi diri atas kesalahan di masa lalu. Perlakukan dirimu dengan kebaikan dan pengertian yang dalam. 

Masa yang telah berlalu tidak dapat diubah, tetapi jangan biarkan ia menjadi penghambat untuk masa depan yang cerah.

Sembuhkan diri dari luka-luka batin yang terus menghantui. Berlatihlah untuk menjadikan semua kesalahan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan memperbaiki diri.

5. Bersyukur

Rasa syukur dan ingkar adalah respon kita dalam menghadapi suatu keadaan. Semua terbentuk dari pikiran. 

Bersyukur kepada Tuhan karena memberikan kita kesempatan hidup hari ini untuk memperbaiki yang telah lalu.

Bersyukur disaat seperti ini kita masih diberi kesehatan yang mahal harganya, orang-orang yang kita sayangi, teman-teman, negara yang aman jauh dari perang, dan kesempatan bernafas yang gratis.

Tumbuhkan pikiran-pikiran positif dan rasa syukur yang dalam, agar apapun keadaannya anda bisa menemukan secuil kedamaian dari diri.

6. Merawat diri sendiri

Salah satu bentuk mencintai diri adalah dengan merawat diri sendiri sebaik mungkin. Luangkan waktu untuk memanjakan tubuh, melakukan olahraga, relaksasi, meditasi, dan melakukan hal yang anda sukai. 

Beri tubuh makanan bergizi dan sehat, pola tidur teratur, dan vitamin yang dibutuhkan. Sayangi tubuh agar ia siap bertempur menghadapi realita hidup yang pahit ini.

Kehidupan akan selalu menghadirkan kenyataan yang membahagiakan dan mengecewakan. Diperlukan pikiran positif agar semua yang kita alami tidak membuat kekecewaan yang dalam, melainkan kedamaian.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun