Semua nilai-nilai (mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid) dan peran (pemimpin pembelajaran, coach bagi guru lain, pendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid, dan penggerak komunitas praktisi) guru penggerak, harus menjadi salah pedoman dalam pengelolaan program/kegiatan yang berdampak positif pada murid.
Keterkaitan modul 1.3_Visi Guru Penggerak dan modul 3.3_Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid
Visi guru penggerak yaitu; (a) secara aktif menetapkan tujuan, membuat rencana, dan menentukan cara untuk mencapainya dalam meningkatkan kompetensi dan kematangan dirinya, dan (b) mampu menggerakkan komunitas sekolah untuk bersama-sama mengembangkan dan mewujudkan misi sekolah yang berpihak pada murid dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal. Jika visi guru penggerak tersebut dikaitkan dengan pengelolaan program/kegiatan yang berdampak positif pada murid, dapat menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA), yaitu suatu filosofi berpikir dan landasan berpikir tentang perubahan yang berfokus pada upaya kolaboratif untuk menemukan hal yang terbaik (positif) dalam diri orang-orang, dalam organisasi mereka, dan dunia sekitar mereka (Cooperrider & Whitney, 2005) dengan rancangan tahapan B-A-G-J-A__B-uat Pertanyaan Utama (Define), A-mbil Pelajaran (Discover), G-ali Mimpi (Dream), J-abarkan Rencana (Design) dan A-tur Eksekusi (Deliver).
Keterkaitan modul 1.4_Budaya Positif dan modul 3.3_Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid
Semua materi modul 1.4 (disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, restitusi, keyakinan kelas, kebutuhan dasar manusia dan dunia yang berkualitas, 5 posisi kontrol, dan segitiga restitusi) harus menjadi salah pedoman dalam pengelolaan program/kegiatan yang berdampak positif pada murid.
Keterkaitan modul 2.1_Pembelajaran Berdiferensisasi dan modul 3.3_Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid
Pembelajaran Berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mendukung semua murid di kelas. Ini berarti dalam melaksanakan pengelolaan program/kegiatan yang berdampak positif pada murid, kita harus (a) mendefinisikan tujuan pembelajaran secara jelas, (b) mengetahui dan merespon kebutuhan belajar murid (kesiapan belajar murid, minat, profil belajar murid), (c) lingkungan belajar yang "mengundang" murid untuk belajar, (d) manajemen kelas efektif, dan (e) penilaian berkelanjutan.
Keterkaitan modul 2.2_Pembelajaran Sosial Emosional dan modul 3.3_Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid
Dalam pengelolaan program/kegiatan yang berdampak positif pada murid, bagi guru sangat penting untuk mengintegrasikan 5 (lima) Kompetensi Sosial Emosional (KSE), yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan kesadaran penuh (mindfullness) murid, agar dalam melaksanakan pengelolaan program/kegiatan yang berdampak positif pada murid, maka murid tetap fokus, konsentrasi, berempati, termotivasi, dan memiliki tanggung jawab atas suara, pilihan, dan kepemilikannnya. Kesadaran penuh (mindfullness) merupakan fondasi dalam mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial Emosional (KSE) yang didasarkan pada keterpihakan pada murid, sehinga akhirnya dapat berdampak positif pada murid.
Keterkaitan modul 2.3_Coaching untuk Supervisi Akademik dan modul 3.3_Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid
Coaching sangat penting dilakukan sebagai langkah dalam menggali potensi, minat, dan bakat serta meningkatkan kinerja murid untuk menemukan sendiri solusi atas permasalahan yang dihadapi ketika melaksanakan program/kegiatan yang berdampak positif pada murid. Untuk itu, sikap kritis, kreatif, dan inovatif dari murid sangat diharapkan agar terwujud murid yang merdeka belajar. Maka dalam pengelolaan program/kegiatan yang berdampak positif pada murid, coaching dapat digunakan sebagai salah satu strategi dalam mengembangkan aset/kekuatan/sumber daya murid.