Dia pun kembali berkata,
"Aku tidak bahagia"
Kali ini detak jantungku yang rasanya sakit dan ingin meledak.
Merasa mulai tidak nyaman, aku pun berkata padanya,
"Kenapa kau mengatakan hal seperti itu? Ayo kuatlah! Kau pasti bisa melalui semuanya!"
Saat aku mengatakan itu sambil melihatnya, semua yang ada di dalam pikiranku hilang. Yang tersisa hanyalah pikiran mengenai bagaimana hidup yang telah aku lalui hingga sekarang. Belum selesai, aku melanjutkan,
"Lalu kenapa kau tidak bahagia? Jangan sedih! Pasti nanti bisa kok nemu kebahagiaanmu sendiri." Jawabku.
Dia masih menatapku dengan tatapan yang sama. Namun kali ini air matanya telah berhenti.
Aku amati penampilannya sekali lagi.
Muka sedih yang menunjukkan bahwa ia tidak bahagia.
Matanya besar. Tapi terlihat dalam dan dingin.