Karena pengeluaran ke sana --semisal transportasi dan penginapan-- dan lelahnya fisik selama perjalanan sudah cukup besar, maka saya menerapkan empat tip berikut untuk mengendalikan pengeluaran dari segi makanan.
Cek daftar harga
Setiap ke warung, biasanya ada daftar harga terpajang di dindingnya. Mulai dari harga makanan utama, makanan pelengkap, sampai minuman. Terpampang besar dan terbaca jelas.
Kalau tidak, ada pula berupa sebuah kertas mika berwarna yang tergeletak di atas meja makan atau diagihkan oleh pelayan. Saya baca baik-baik di sana sebelum memesan makanan.
Tanya ke penjual
Jika tidak ada daftar harga, saya membuang ego dan tidak malu bertanya ke penjual, berapa seporsi harga makanan. Apakah saya terlihat miskin dan punya uang pas-pasan, saya masa bodoh.
Gengsi saya tinggal di rumah. Biar sama-sama enak, tidak ada yang tertipu. Penjual saya beli makanannya, saya puas pula antara harga dengan kualitas makanan.
Pilih warung langganan
Untuk beberapa daerah wisata yang kerap kita kunjungi, pasti ada satu dua warung yang terus bertahan dan berkali-kali kita makan di sana. Kita sudah paham harganya dan begitu mengerti kualitas makanannya.
Tidak perlu lagi observasi ke tempat lain. Toh, biasanya makanan di lokasi wisata hampir sama ragamnya. Semisal mi rebus di daerah puncak. Sebagian besar warung berderetan menjual mi rebus. Pilih saja yang langganan.
Bawa makan sendiri