"Lampunya mati. Gitu saja bingung."
Mereka berdua bergerak ke arah dinding yang terkena sorotan cahaya dari sudut pintu yang terbuka sedikit.
"Kita doakan saja, semoga dia tidak mengulangi perbuatan itu!" kata makhluk lain itu. Di samping dia bingung, bagaimana cara menghentikan ritual pemuda itu ketika stres sudah melanda, ia juga tidak tega membalas kejahatan dengan kejahatan. Setahunya, kejahatan hanya perlu didoakan supaya berubah menjadi kebaikan.
Hari berganti hari, tanpa terasa, pemuda itu sudah lulus kuliah. Mungkin dewi fortuna sedang berpihak, dia langsung diterima kerja di sebuah perusahaan tambang. Namun, kebiasaan itu tetap dia lakukan. Dia tetap gampang stres sehingga gampang pula melakukannya.
Sudah banyak dan tidak terhitung jumlah teman-teman mereka yang terbuang. Sudah begitu pilu mereka mendengar jeritan-jeritan kepedihan teman-temannya. Tetapi, mereka tidak berhenti berdoa dan terus berharap, semoga suatu saat, pemuda itu tidak lagi membuang teman-temannya.
Ketika tidak berhenti berharap, suatu saat harapan akan terkabul. Itu yang mereka percayai. Dan benar saja, kali ini, pemuda itu masuk ke kamar mandi, tidak sendiri. Ia membawa seorang wanita yang begitu cantik dan aduhai badannya, yang telah ia nikahi di depan kedua orangtuanya.Â
Dalam kamar mandi itu, kedua makhluk itu melihat pemuda itu kembali melakukan ritual. Tetapi, kali ini tidak ada percikan cairan jatuh. Semua cairan yang dikeluarkan pemuda itu masuk tepat ke dalam pantat wanita itu. Kedua makhluk itu lekas bersyukur.
"Akhirnya, harapan kita terkabul," kata makhluk lain itu.
"Iya, ya, syukurlah, tidak ada lagi teman-teman kita yang terbuang," sahut makhluk itu.
Mereka berdua begitu senang, tidak ada lagi pembuangan.
"Bagaimana kalau kita cari teman-teman kita yang terbuang itu? Mana tahu mereka masih hidup dan selamat dalam lubang itu?" tawar makhluk itu.