"Benar. Untung saja kamu cepat tolong saya."
Pemuda itu lekas berdiri. Ia mencuci tangannya dengan sabun, lalu mengambil sedikit pasta gigi, dan menggosok-gosokkannya pada giginya yang kuning-kuning itu. Wajahnya begitu puas. Hasratnya begitu tersalurkan. Kedua makhluk itu memandangnya lekat-lekat.
"Jadi, dia yang membuang kita?" kata makhluk itu.
Makhluk lain hanya mengangguk. Ia masih berusaha melekatkan dirinya pada dinding yang juga sudah ikutan licin seperti lantai itu. Ia tidak mau bernasib sama dengan teman-temannya.
Keesokan hari, pemuda itu masuk lagi ke kamar mandi. Mukanya ditekuk. Tangan kanannya memegang sebuah buku tebal. Tangan kirinya melihat telepon seluler. Rambutnya mulai menipis, mungkin begitu pusing belajar. Takada senyum sama sekali. Buku itu dilempar begitu saja ke dalam kamar. Tinggallah ia duduk memandang sebuah video di telepon seluler itu.
Tangannya melepaskan celana panjangnya. Lalu celana dalam. Ia mulai melakukan ritualnya, yang terus dilihat kedua makhluk itu setiap malam, sebelum ia tidur. Ia memegang sesuatu yang tiba-tiba berdiri, mengocoknya terus, hingga keluar percikan cairan itu.
Mereka hafal, ketika pemuda itu sudah jenuh, hampir stres, mulai hilang harapan, ia akan melakukan itu. Dan entah mengapa, setelah itu, mukanya menjadi cerah dan begitu ceria.
"Plukkk...."
Terdengar lagi percikan cairan jatuh. Kedua makhluk itu memandang ke lantai. Di lantai, berserakan teman-teman mereka yang juga terus meminta tolong dengan suara yang begitu nyaring tetapi tidak terdengar oleh pemuda itu. Beberapa berusaha memanjat dinding, tetapi tidak mampu dan akhirnya tergelincir karena begitu licin. Kedua makhluk itu begitu beruntung, karena sudah sampai ke dinding yang kering dan tidak terjangkau air.
"Tolong... tolong...."
Teriakan memilukan terus terdengar. Kedua makhluk itu ingin sekali menolong, tetapi di satu sisi mereka tidak tahu bagaimana caranya. Bila mereka turun ke bawah, sudah barang tentu nasib sial juga mereka alami. Mereka akan hanyut bersama teman-temannya. Tetapi, lolongan menyedihkan itu selalu mengganggu.