"Mengapa dia selalu membuang kita?" tanya makhluk itu.
"Bengis sekali dia kepada makhluk hidup," lanjutnya.
Makhluk lain di sebelahnya sama sekali tidak punya petunjuk untuk menjawab. Ia begitu terpukau dengan wajah pemuda itu yang begitu riang, selepas dia melemparkan cairan berisi teman-temannya itu. Mengapa pemuda itu bisa senang ketika teman-teman saya terbuang? Apakah dia suka bahagia di atas penderitaan orang? Ini tidak boleh seharusnya.
"Oi," panggil makhluk itu. Makhluk lain itu menengok.
"Maaf, maaf. Saya lagi heran sama pemuda itu. Betapa kejam dia bisa tertawa di atas penderitaan teman kita."
"Saya juga berpikir seperti itu. Apa yang harus kita buat agar dia tidak lagi membuang teman-teman kita?"
Makhluk lain itu terdiam. Ekornya bergoyang-goyang. Kepalanya seperti memikirkan sesuatu.
"Apakah kita harus membalas perbuatannya yang jahat itu? Bukankah itu tidak boleh?" katanya.
"Lantas, bagaimana? Apa kau mau setiap saat melihat teman-teman terus terbuang? Apa kau kuat mendengar lolongan mereka?"
Pemuda itu keluar dari kamar mandi. Lampu dimatikan. Tersisa dingin dan kesunyian.
"Oi, kok gelap?" kata makhluk lain itu.