"Benar Yu semuanya segitu?"
"Benarlah, Pak. Kan jamunya tolak kere, tahan lama, antitua, semuanya bagus-bagus. Namanya juga tolak kere, masak harganya murah. Apalagi antitua, siapa yang bisa melawan kodrat menjadi keriputan? Satu-satunya hanya jamu ini lho, Pak. Bapak-bapak pasti tidak menyesal. Tunggu saja kejutan besok."
Lelaki gondrong itu menarik napas panjang, lalu mengembuskannya, bersama rasa sesal atas uang-uang yang harus dikeluarkan hanya untuk minum jamu.
Sambil tersenyum lebar, Yu Mince menerima uang itu, menepuk-nepukkannya ke botol-botol jamunya, lalu memasukkannya ke saku yang tersimpan di dadanya. Setelah merapikan botol dan gelas, Yu Mince beranjak pergi.Â
Para lelaki itu kembali berbincang, entah berbincang apa, tetapi ada nada-nada tidak mengenakkan dari suara mereka yang lebih kencang terdengar. Bayi saya semakin kesulitan tidur.
...
Jakarta
24 Maret 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H