Tanpa bertanya jamu itu terbuat dari apa, kedua lelaki itu meneguknya. Apakah mereka begitu ingin menjadi kaya? Rayuan Yu Mince melalui perkataannya yang genit itu serasa masuk begitu saja ke otak mereka, mengendalikannya begitu mudah, sehingga sekejap gelas yang penuh cairan merah padam itu kosong tidak bersisa. Lelaki bertopi hanya menggenggam gelasnya.
"Bagaimana bisa Yu, habis minum jamu ini jadi menolak kere? Bukannya kalau tidak mau miskin, harus kerja? Apa hubungannya, jamu dengan kekayaan?" katanya sambil mengerutkan kening. Yu Mince dengan wajah begitu meyakinkan lekas menjawab.
"Kamu belum tahu sih," Yu Mince mengedipkan mata.
"Tetangga saya habis minum ini, besoknya dia dapat lotre. Tahu berapa? Satu miliar. Coba deh, kamu minum."
Lelaki bertopi itu masih saja memegang gelas. Dia tidak habis pikir, bagaimana bisa jamu membuat orang menjadi kaya. Baginya, itu mungkin keberuntungan saja. Atau, sebuah kebohongan? Karena toh, dia tidak tahu siapa tetangga yang disebutkannya itu.
"Kalau ini apa Yu?" tanya lelaki berambut gondrong, sambil jarinya menunjuk sebuah botol berisi cairan hitam gelap.
"Oh, ini namanya jamu tahan lama. Kalau diminum, nanti bisa berjam-jam begituan sama istri. Pasti istrimu suka, atau bahkan ingin minum jamu ini. Suami saya saja sekarang jadi buas kalau di ranjang. Rasanya, hmmm..."
"Wah bagus ini, boleh-boleh."
Dengan cepat, Yu Mince menuangkan jamu itu ke dua gelas yang sudah kosong. Lelaki bertopi lekas membuang jamu tolak kere itu ke tanah, lalu menyodorkannya ke Yu Mince.
"Kalau ini saya mau Yu. Aman kan?"
"Amanlah, pasti. Kamu lagi ada masalah ya sama istri? Atau, udah gak kuat lagi berdiri?" Yu Mince nyablak begitu saja. Lelaki bertopi itu hanya tertawa.