nyawa-nyawa tak berdosa tewas, perempuan muda, ibu-ibu, anak-anak.
Tewas mengenaskan. "Sekarang aku tahu, kenapa akhir-akhir ini
senja di tanahku sinarnya berwarna merah. Senja di tanah ini telah terciprat
darah dari nyawa-nyawa tak berdosa, alam mengisyaratkan
murung dan kelam." pikirnya sambil termenung.
Setelah lelah hati dengan apa yang ia lihat, bapak tua memutuskan
untuk kembali pulang ke rumahnya. Berjalan ia ke rumah dengan
hati yang berduka. Saudara-saudaranya pergi dengan merana,
tak sempat anak-anak kecil itu merasakan nikmatnya hidup di tanah
surga. Ia kembali berjalan melewati sunga-sungai dan pohon-pohon besar,
pemandangannya yang indah tidak dapat menghibur hatinya yang nelangsa.