Mohon tunggu...
Leo Naldi
Leo Naldi Mohon Tunggu... Buruh - Buruh di perusahaan swasta.

Daripada kata-kata itu hanya diam di sudut otak saya, maka lebih baik saya keluarkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Manifesto 18 September

25 Juni 2024   10:28 Diperbarui: 25 Juni 2024   10:48 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

nyawa-nyawa tak berdosa tewas, perempuan muda, ibu-ibu, anak-anak.

Tewas mengenaskan. "Sekarang aku tahu, kenapa akhir-akhir ini

senja di tanahku sinarnya berwarna merah. Senja di tanah ini telah terciprat

darah dari nyawa-nyawa tak berdosa, alam mengisyaratkan

murung dan kelam." pikirnya sambil termenung.

Setelah lelah hati dengan apa yang ia lihat, bapak tua memutuskan

untuk kembali pulang ke rumahnya. Berjalan ia ke rumah dengan

hati yang berduka. Saudara-saudaranya pergi dengan merana,

tak sempat anak-anak kecil itu merasakan nikmatnya hidup di tanah

surga. Ia kembali berjalan melewati sunga-sungai dan pohon-pohon besar,

pemandangannya yang indah tidak dapat menghibur hatinya yang nelangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun