Mohon tunggu...
Leo Naldi
Leo Naldi Mohon Tunggu... Buruh - Buruh di perusahaan swasta.

Daripada kata-kata itu hanya diam di sudut otak saya, maka lebih baik saya keluarkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Manifesto 18 September

25 Juni 2024   10:28 Diperbarui: 25 Juni 2024   10:48 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapak tua bingung, "Kalau niat baik, kenapa harus datang dengan

seperangkat alat perang?"

Hobinya memang membaca, terutama setelah datangnya

modal-modal dari luar pulau. Tiap hari selalu membaca warta,

"Ada berita apa hari ini?" pikirnya tiap melihat warta yang selalu

dikirim burung cendrawasih pada waktu pagi.

Di sana berita perampasan lahan, di sana lagi tembak-tembakan

sampai renggut nyawa, di mana lagi berita kurang gizi, di mana

lagi pembabatan hutan. "Setelah kedatangan modal-modal itu,

kenapa di tanah ini beritanya selalu berita duka? Apa tanah

ini tak berhak bahagia?" tanyanya dalam hati. Bapak tua khawatir,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun