ia takut tempat tinggalnya akan dirampas, tanah ulayat yang
sudah dijaga selama ribuan tahun secara turun temurun
diambil paksa oleh kekuatan kapital.
"Mau makan apa saya? Mau tinggal di mana? Di sini semuanya ada,
saya tidak akan bisa hidup kalau tidak di sini. Ini tanah air saya, tanah nenek
moyang, saya mau tetap di sini sampai Tuhan datang." renung
bapak tua dalam sekali. Air matanya hampir jatuh, air mata
yang warnanya emas. Konon katanya, air mata emasnya disebabkan
karena tanah tempat si bapak tua tinggal penuh sekali dengan emas,
air yang ia minum dari tanah itu mengandung emas, maka dari itu air
matanya jadi berwarna emas.