Mohon tunggu...
Leo Naldi
Leo Naldi Mohon Tunggu... Buruh - Buruh di perusahaan swasta.

Daripada kata-kata itu hanya diam di sudut otak saya, maka lebih baik saya keluarkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Manifesto 18 September

25 Juni 2024   10:28 Diperbarui: 25 Juni 2024   10:48 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ia takut tempat tinggalnya akan dirampas, tanah ulayat yang

sudah dijaga selama ribuan tahun secara turun temurun

diambil paksa oleh kekuatan kapital.

"Mau makan apa saya? Mau tinggal di mana? Di sini semuanya ada,

saya tidak akan bisa hidup kalau tidak di sini. Ini tanah air saya, tanah nenek

moyang, saya mau tetap di sini sampai Tuhan datang." renung

bapak tua dalam sekali. Air matanya hampir jatuh, air mata

yang warnanya emas. Konon katanya, air mata emasnya disebabkan

karena tanah tempat si bapak tua tinggal penuh sekali dengan emas,

air yang ia minum dari tanah itu mengandung emas, maka dari itu air

matanya jadi berwarna emas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun