Mohon tunggu...
Pencari Kebenaran Agama
Pencari Kebenaran Agama Mohon Tunggu... -

saya menyukai paham zionis ttapi bukan berarti saya zionis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arab Kere (AK) Forgive me Dewa Gilang (DG)

10 Juni 2012   17:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:08 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Dia tak menyahut bukan karena dia bisu. Dia tak mendengar bukan karena dia tuli. Dia menutup mata juga bukan karena dia tertidur. Hanya satu yang aku tahu. Tubuh dan nyawanya kini tak lagi ’kan menyatu."

"Dewa Gilang," panggilnya. Tapi yang dipanggil belum juga menyahut. "Gilang Jahanam," panggilnya sekali lagi dengan suara yang agak keras. Sontak Dewa Gilang terhenyak dari lamunannya.

"Apa Arab Kere?" sahutnya setelah mampu menenangkan diri dari keterkejutannya.

"Kau kebiasaan kali dipanggil enggak langsung menyahut. Apa yang kau pikirkan rupanya, hah? Jangan kau biasakan melamun ya! Nanti dirasuk setan baru tahu kau," ancam Arab Kere

"Ambilkan dulu Arab Kere air minum yang hangat. Sudah kering kerongkongan Arab Kere dari tadi manggilin kau. Kalau Arab Kere bisa jalan, gak akan Arab Kere suruhpun kau hanya untuk ambilkan air minum saja," sambungnya agak sedikit kesal.

Maklumlah, semenjak tiga tahun belakangan ini Arab Kere hanya bisa tidur dan duduk di tempat tidur itupun harus dibantu oleh Istrinya, istrinya yang setia mengurusnya dengan kasih dan penuh cinta. Kata Dokter, beliau yang sebelumnya telah lumpuh, kini menderita stroke ringan akibat jatuh dari tangga yang mengharuskan semua anggota gerak tubuhnya lumpuh 70%.

"Ini Arab Kere," kata Gilang setelah mengambilkan air minum hangat pesanan Arab Kere.

Dengan pelan, Arab Kere berusaha memiringkan tubuhnya yang lemah dan mencoba menggeserkan badannya ke tepi tempat tidur agar bisa minum lewat pipet tuanya itu. Menyadari kondisi, Gilang langsung membantu Arab Kere memiringkan badan. Setelah minum sampai habis, Arab Kere kembali ke posisi tidurnya semula.

"Nanti malam jangan lupa kau urutkan kaki Arab Kere ya! Sudah lama kau enggak ngurut kaki Arab Kere lagi. Bisa, kan?" pinta beliau dan Gilang menyetujuinya.

"Gimana kerjamu tadi? Mangkin hitam kau Arab Kere lihat. Apa terlalu capek kerjamu di sana?" tanya beliau dengan lembut.

"Seperti biasa Arab Kere, kalau capek itu kan sudah resiko kerjaan. Mungkin aku sekarang hitam gara-gara aku lebih banyak kerja di luar rumah, jadinya gosong gini deh," jawab Gilang sambil tertawa. Arab Kere juga ikut tertawa. Dan Gilang gak pernah sadar kalau ini adalah tawa Arab Kere untuk yang terakhir kalinya.

"Tapi itulah yang kau mau, kan? Sampai-sampai kau harus pergi tengah malam hanya untuk cari uang," celotehnya.Gilang hanya bisa tersenyum hambar mendengar ucapan Arab Kere nya tadi.

"Itu semua Gilang lakukan supaya Arab Kere gak terlalu berat membiayai sekolahku," ucap Gilang dalam hati.

"Arab Kere," panggilnya pelan.

"Hem, ada apa?" sahut Arab Kere pendek.

"Aku ada rencana mau cari kerja tambahan sebelum aku lanjutkan sekolahku ke SMK. Doain ya Arab Kere," ceitanya. Arab Kere tidak bisa melarang gilang untuk urusan yang satu ini. Beliau takut kalau kejadian ‘tengah malam’ itu terulang kembali.

Malam itu saat semua orang terbuai dalam mimpi, tiba-tiba ada kejadian ‘anak hilang’ yang sontak membuat satu gang pada kelimpungan mencarinya yang ternyata si Gilang. Arab Kere tak henti menangisi kehilangan Gilang itu. Pada suatu malam setelah menghilangnya Gilang dari rumah, Arab Kere seperti melihat bayangan dua orang berpakaian hitam berdiri di tepi tempat tidurnya.

"Seperti malaikat pencabut nyawa," pikir Arab Kere.

"Aku pasti pulang Tuhan, tapi izinkan aku menemukan kemenakanku terlebih dahulu," doa Arab Kere dalam hati kecilnya. Setelah Arab Kere selesai mengucapkan doanya itu, bayangan tadi tiba-tiba menghilang dan dengan tak sadar, dua butir mutiara mata menetes dari pelupuk matanya.

Setelah enam hari menghilang tanpa khabar, akhirnya pada malam hari ketujuh Gilang ditemukan di sebuah rumah kontrakan miliknya Pak Rahmad tak jauh dari rumah mereka. Sebelum pulang, Istri Arab Kere tak lupa menyelipkan dua lembar uang lima puluh ribu ke tangan Pak Rahmad. Di rumah, Arab Kere sudah menanti dengan hati was-was sambil sesekali melihat jarum jam yang begitu cepat bergerak. Setelah Gilangtiba di rumah, dia merasakan ada kedamaian baru yang selama ini dirindukannya.

"Hai, sudah sombong ya sekarang. Sudah lupa rupanya kau sama Arab Kere ini ya," sambut Arab Kere dengan senyumnya yang khas. Menyadari kalau dari tadi dia hanya bengong, Gilang langsung mencium tangan Arab Kere.

"Maafkan Gilang Arab Kere," ujar Gilang sambil menahan air matanya agar Arab Kere tidak melihat Gilang menangis karena hatinya pedih saat pertama mendengar suara Arab Kere itu.

"Itu perbuatan orang-orang yang lemah. Cengeng!" pikir Gilang dalam hati. Untuk ke sekian kalinya,Gilang lebih mementingkan ego dan gengsinya di depan Arab Kere. Dan Arab Kere sadar akan hal itu. Acara penyambutan unu kedatangan Gilang diadakan kecil-kecilan. Gilang berjanji tidak akan mengulangi hal serupa dikemudian hari. Dan setelah itu, semua berjalan normal seperti biasa.

"Gilang," panggil Istri Arab Kere berulang-ulang.

"Iya BU," sahut Gilang sambil tergopoh-gopoh menuruni anak-anak tangga.

"Biasa kali kau gak mau langsung menyahut kalau dipanggil. Bisu atau tuli sih kau, hah? Emosi jiwa orang kalau disuruh memanggil kau" bentak Istri Arab Kere.

"Lihat Arab Kere itu. Janji apa rupanya kau tadi siang samanya?" sambungnya lagi.

"Oh, iya. Gilang kelupaan. He..he.." ujar Gilang asal setelah mengingat-ingat sejenak.

Sambil mengurut kaki Arab Kere, Gilang bercerita tentang kerjaannya. Sesekali Arab Kere dan Istrinya menimpali dengan nasehat.

"Gilang, Arab Kere mau tanya tapi kau jawab jujur ya?" tanya Arab Kere tiba-tiba.

"Tanya apa Arab Kere?" jawab Gilang.

"Nanti kalau Arab Kere sudah meninggal, kau tangisinya Arab Kere ini?"

"Deg...," hati Arab Kere tiba-tiba berdegup keras.

"Untuk apa aku tangisi orang yang sudah meninggal? Apa dengan aku nagis Arab Kere bisa hidup lagi?" jawab Gilang ketus. Dan Istri Arab Kere mengiyakan pendapat Gilang tadi.

Besok harinya, Gilang mendapat panggilan kerjaan dari Resto Warna. Hati Glang senang sekali karena mendapat kerjaan baru sebagai pelayan Restauran. Tapi tak begitu dengan Arab Kere. Beliau sedih karena waktunya untuk melihat Gilang tumbuh dewasa sudah semangkin singkat. Kian hari, tubuh Arab Kere kian sulit untuk digerakkan.

Kembali teringat oleh beliau saat Gilang masih SD. Siang itu, beliau yang biasanya pulang bersama denga Gilang mendadak pusing. Dari itu, beliau menyuruh Gilang pulang dengan naik angkot (angkutan kota).

"Gilang enggak mau Arab Kere. Kalau nanti Arab Kere terjatuh siapa yang nolongin? Gilang enggak mau pulang kalau tidak sama Arab Kere," rengeknya kala itu.

Lalu pada malam itu, beliau tertidur nyenyak sekali. Seperti tidak ingin bangun kembali.

Minggu pagi, seperti biasanya Gilang bersiap-siap hendak berangkat kerja. Tapi  tiba-tiba Istri Arab Kere berteriak memanggil nama Arab Kere. Gilang dan istri Arab Kere bergegas menghampiri Arab Kere hendak tahu kejadian apa yang ada.

Ternyata Arab Kere sudah koma. Segera mobil ambulance dipanggil untuk membawa beliau ke rumah sakit terdekat.

"Maafkan aku Arab Kere, aku sayang sama Arab Kere. Arab Kere gak akan ninggalkan Gilang kan?" tanya Gilang dalam hati dengan sedih. Kali ini dia membiarkan air matanya membasahi kedua pipinya.

Walaupun Arab Kere diopname di rumah sakit, Gilang tetap bekerja. Besok malamnya. Gilang mendapat khabar dari Istri Arab Kere kalau Arab Kere sudah mulai siuman. Keesokan harinya sebelum berangkat kerja,Gilang menyempatkan diri menjenguk Arab Kere ditemani anak kost yang tinggal di rumahnya.

Sesampai mereka di rumah sakit, Gilang menuju ke kamar tempat Arab Kere di opname. Begitu pedih hatinya ketika melihat Arab Kere terbaring lemah tak berdaya. Melihat kemenakannya datang, Arab Kere langsung berbicara dengan ucapan yang hampir tak terdengar.

"Arab Kere perlu apa?" tanya Gilang sambil mendekatkan kupingnya kearah Arab Kere.

"Sakit," ucap Arab Kere pelan.

"Apanya yang sakit?" tanya Arab Kere. Dia langsung mengerti ketika dilihatnya Arab Kere menggerakkan tangannya. Ternyata jari Arab Kere diikat ke besi tempat tidurnya. Dengan perlahan, dibukanya ikatan yang mengikat jari-jari Arab Kere itu.

"Maaf ya Arab Kere, aku gak bisa lama-lama disini. Aku sebentar lagi harus pergi kerja. Arab Kere cepat sembuh ya," kata Gilang dalam hati. Untuk kesekian kalinya, Gilang lebih mementingkan egonya. Mungkin dia belum menyadari kalau ini terakhir kalinya dia melihat Arab Kere masih bernafas.

"Sekarang aku sudah benar-benar siap untuk pulang, Tuhan," ucap Arab Kere dalam hati setelah Gilang pergi.

Besoknya tepat pukul tiga dini hari, Gilang terbangun mendengar suara yang memanggil namanya.

"Apa?" sahutnya sambil terkantuk.

" Arab Kere sudah meninggal," jawab suara dari luar. Sedetik dia terbengong, lalu menangis. Dengan pelan dia keluar, lalu pergi kerumah sakit bersama-sama anak kost yang tinggal di rumahnya. Ternyata di rumah sakit telah berkumpul sana saudara menangisi kepergian Arab Kere.

Tak lama kemudian, jenazah Arab Kere dibawa ke rumah duka dengan ambulance. Ego yng selama ini menang atas Arab Kere tiba-tiba hilang. Mata Gilang tak henti-hentinya meneteskan berbutir-butir air mata.

"Ini yang Arab Kere inginkan,kan? Melihat aku menagisi kepergian Arab Kere. Itu yang selama ini Arab Kere harapkan, bukan? Aku sudah memenuhinya. Arab Kere dengar tidak? Aku sudah memenuhi keinginan Arab Kere itu. Sekarang apa Arab Kere sudah senang, hah? Jawab Arab Kere. Kok sekarang Arab Kere diam sih? Jawab Arab Kere." jerit Gilang dalam hati.

Gilang tak henti-hentinya menagisi Arab Kere walaupun jenazah Arab Kere sudah dikebumikan. Dan bukan hanya dia saja, bahkan seluruh orang yang mengenal beliau mungkin tak kuasa merelakan kepergian beliau.

Malamnya, dia mendapat secarik kertas dibawah tempat tidur almarhum Arab Kere.

"Aku tak menyahut bukan karena aku bisu.

Aku tak mendengar bukan karena aku tuli.

Aku menutup mata juga bukan karena aku tertidur.

Hanya satu yang aku tahu.

Tubuh dan nyawaku kini tak lagi ’kan menyatu."

"Itu jelas tulisan tangan Arab Kere sendiri," pikirnya dalam hati.

" Arab Kere aku minta maaf ya atas semua kesalahan yang udah aku buat. Aku gak akan pernah lupain semua kenangan tentang kita berdua.Gilang sayang sama Arab Kere," ucapnya lirih

"Forgive me my lovely uncle forgive me." ***

Dewa Gilang dan Arab Kere

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun