"Gilang," panggil Istri Arab Kere berulang-ulang.
"Iya BU," sahut Gilang sambil tergopoh-gopoh menuruni anak-anak tangga.
"Biasa kali kau gak mau langsung menyahut kalau dipanggil. Bisu atau tuli sih kau, hah? Emosi jiwa orang kalau disuruh memanggil kau" bentak Istri Arab Kere.
"Lihat Arab Kere itu. Janji apa rupanya kau tadi siang samanya?" sambungnya lagi.
"Oh, iya. Gilang kelupaan. He..he.." ujar Gilang asal setelah mengingat-ingat sejenak.
Sambil mengurut kaki Arab Kere, Gilang bercerita tentang kerjaannya. Sesekali Arab Kere dan Istrinya menimpali dengan nasehat.
"Gilang, Arab Kere mau tanya tapi kau jawab jujur ya?" tanya Arab Kere tiba-tiba.
"Tanya apa Arab Kere?" jawab Gilang.
"Nanti kalau Arab Kere sudah meninggal, kau tangisinya Arab Kere ini?"
"Deg...," hati Arab Kere tiba-tiba berdegup keras.
"Untuk apa aku tangisi orang yang sudah meninggal? Apa dengan aku nagis Arab Kere bisa hidup lagi?" jawab Gilang ketus. Dan Istri Arab Kere mengiyakan pendapat Gilang tadi.