Besok harinya, Gilang mendapat panggilan kerjaan dari Resto Warna. Hati Glang senang sekali karena mendapat kerjaan baru sebagai pelayan Restauran. Tapi tak begitu dengan Arab Kere. Beliau sedih karena waktunya untuk melihat Gilang tumbuh dewasa sudah semangkin singkat. Kian hari, tubuh Arab Kere kian sulit untuk digerakkan.
Kembali teringat oleh beliau saat Gilang masih SD. Siang itu, beliau yang biasanya pulang bersama denga Gilang mendadak pusing. Dari itu, beliau menyuruh Gilang pulang dengan naik angkot (angkutan kota).
"Gilang enggak mau Arab Kere. Kalau nanti Arab Kere terjatuh siapa yang nolongin? Gilang enggak mau pulang kalau tidak sama Arab Kere," rengeknya kala itu.
Lalu pada malam itu, beliau tertidur nyenyak sekali. Seperti tidak ingin bangun kembali.
Minggu pagi, seperti biasanya Gilang bersiap-siap hendak berangkat kerja. Tapi tiba-tiba Istri Arab Kere berteriak memanggil nama Arab Kere. Gilang dan istri Arab Kere bergegas menghampiri Arab Kere hendak tahu kejadian apa yang ada.
Ternyata Arab Kere sudah koma. Segera mobil ambulance dipanggil untuk membawa beliau ke rumah sakit terdekat.
"Maafkan aku Arab Kere, aku sayang sama Arab Kere. Arab Kere gak akan ninggalkan Gilang kan?" tanya Gilang dalam hati dengan sedih. Kali ini dia membiarkan air matanya membasahi kedua pipinya.
Walaupun Arab Kere diopname di rumah sakit, Gilang tetap bekerja. Besok malamnya. Gilang mendapat khabar dari Istri Arab Kere kalau Arab Kere sudah mulai siuman. Keesokan harinya sebelum berangkat kerja,Gilang menyempatkan diri menjenguk Arab Kere ditemani anak kost yang tinggal di rumahnya.
Sesampai mereka di rumah sakit, Gilang menuju ke kamar tempat Arab Kere di opname. Begitu pedih hatinya ketika melihat Arab Kere terbaring lemah tak berdaya. Melihat kemenakannya datang, Arab Kere langsung berbicara dengan ucapan yang hampir tak terdengar.
"Arab Kere perlu apa?" tanya Gilang sambil mendekatkan kupingnya kearah Arab Kere.
"Sakit," ucap Arab Kere pelan.